IFG: Dana pensiun bisa kurangi ketergantungan RI dari modal asing
18 Mei 2022 20:58 WIB
Senior Executive VP Indonesia Financial Group (IFG) Progress, sebuah think tank di bawah holding IIFG, Reza Siregar (tengah) dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (18/5/2022). (ANTARA/Sanya Dinda)
Jakarta (ANTARA) - Senior Executive VP Indonesia Financial Group (IFG) Progress, Reza Siregar mengatakan, dana pensiun bisa mengurangi ketergantungan negara dari aliran modal asing.
Karena menurut pejabat lembaga think tank di bawah IFG itu, Indonesia merupakan negara dengan penduduk keempat terbesar di dunia dengan jumlah penduduk usia 15-70 tahun sebesar 170 juta jiwa yang seharusnya sudah menyiapkan dana pensiun.
"Saya percaya kalau dana pensiun kita besar itu tidak hanya kita bisa saling mengisi investasi, tetapi juga mengurangi dependensi kita terhadap kapital asing," kata Reza dalam konferensi pers terkait IFG International Conference di Jakarta, Rabu (18/5/2022).
Reza mengungkapkan, Indonesia bisa mencontoh beberapa negara di Asia dan ASEAN dengan tingkat penetrasi keuangan yang jauh lebih tinggi, seperti Singapura, Jepang, dan Malaysia.
"Jadi, savingnya bisa kita jadikan basis buat capital/dana pensiun kita. Itu bisa jaga investasi, tanpa kita harus dependensi dari luar. Investasinya juga yang baik yang berbentuk jangka panjang," ucapnya.
Adapun untuk mencapai penetrasi asuransi yang luas, Indonesia harus memperluas literasi keuangan.
Pasalnya Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2019 menunjukkan bahwa indeks literasi keuangan baru sebesar 38,03 persen.
Tingkat literasi asuransi sendiri baru mencapai 19,4 persen. Sementara, indeks inklusi keuangan sebesar 76,19 persen.
Jadi (literasi keuangan, pembenahan kebijakan, dan mitra partnership) perlu saling mengisi. Trust atau kepercayaan harus kita buat, literasi penting, dan mudah-mudahan kita bisa bangkit," tandas Reza.
Direktur Utama Indonesia Financial Group (IFG) Robertus Billitea sebelumnya menuturkan, literasi keuangan yang rendah menjadi salah satu penyebab rendahnya penetrasi asuransi di Indonesia.
Baca juga: IFG: Literasi keuangan rendah sebabkan penetrasi asuransi minim
Baca juga: IFG: Penguatan industri asuransi turunkan bunga surat utang negara
Baca juga: Untuk jadi negara maju, pasar keuangan RI harus 400 persen dari PDB
Karena menurut pejabat lembaga think tank di bawah IFG itu, Indonesia merupakan negara dengan penduduk keempat terbesar di dunia dengan jumlah penduduk usia 15-70 tahun sebesar 170 juta jiwa yang seharusnya sudah menyiapkan dana pensiun.
"Saya percaya kalau dana pensiun kita besar itu tidak hanya kita bisa saling mengisi investasi, tetapi juga mengurangi dependensi kita terhadap kapital asing," kata Reza dalam konferensi pers terkait IFG International Conference di Jakarta, Rabu (18/5/2022).
Reza mengungkapkan, Indonesia bisa mencontoh beberapa negara di Asia dan ASEAN dengan tingkat penetrasi keuangan yang jauh lebih tinggi, seperti Singapura, Jepang, dan Malaysia.
"Jadi, savingnya bisa kita jadikan basis buat capital/dana pensiun kita. Itu bisa jaga investasi, tanpa kita harus dependensi dari luar. Investasinya juga yang baik yang berbentuk jangka panjang," ucapnya.
Adapun untuk mencapai penetrasi asuransi yang luas, Indonesia harus memperluas literasi keuangan.
Pasalnya Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2019 menunjukkan bahwa indeks literasi keuangan baru sebesar 38,03 persen.
Tingkat literasi asuransi sendiri baru mencapai 19,4 persen. Sementara, indeks inklusi keuangan sebesar 76,19 persen.
Jadi (literasi keuangan, pembenahan kebijakan, dan mitra partnership) perlu saling mengisi. Trust atau kepercayaan harus kita buat, literasi penting, dan mudah-mudahan kita bisa bangkit," tandas Reza.
Direktur Utama Indonesia Financial Group (IFG) Robertus Billitea sebelumnya menuturkan, literasi keuangan yang rendah menjadi salah satu penyebab rendahnya penetrasi asuransi di Indonesia.
Baca juga: IFG: Literasi keuangan rendah sebabkan penetrasi asuransi minim
Baca juga: IFG: Penguatan industri asuransi turunkan bunga surat utang negara
Baca juga: Untuk jadi negara maju, pasar keuangan RI harus 400 persen dari PDB
Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022
Tags: