Tidak usah lagi terlalu menggantungkan diri pada IMF
13 Desember 2011 22:13 WIB
Kepala Perwakilan IMF untuk Indonesia Milan Zavadjil. IMF pernah "menyelamatkan" ekonomi Indonesia pada 1998 saat krisis moneter ekonomi terjadi di seretan panjang daftar negara. Saat itu IMF mengajukan berbagai syarat ketat terkait pagu, mekanisme, dan penyaluran dana pinjaman kepada pemerintahan Soeharto. Akhirnya Soeharto harus meninggalkan kursi kekuasaannya setelah 32 tahun berkuasa. (FOTO ANTARA)
Depok (ANTARA News) - Indonesia tidak harus sepenuhnya bergantung kepada
International Monetary Fund (IMF) karena masih banyak lembaga keuangan
asing yang dapat meminjamkan modal asing.
Hal itu dikatakan Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Prof Firmanzah PhD, ketika menggelar jumpa pers seusai seminar "Indikator Ekonomi Baru untuk Perbaikan Kebijakan Publik dan Outlook Ekonomi 2012" di Kampus Universitas Indonesia, Depok, Selasa.
"IMF hanya salah satu solusi saja. Pemerintah bisa mengantisipasi pinjaman uang luar negeri dengan mengevaluasi surat hutang berharga," katanya.
Hal senada diutarakan Dosen UI, Dr Telisa Aulia Falianty, bahwa alternatif lain ketimbang meminjam dana dari IMF bisa ditempuh dengan peningkatan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia sehingga Indonesia tidak memerlukan bantuan dana asing.
"Jika ukuran ekonomi Indonesia besar, maka ketergantungan Indonesia kepada IMF akan kecil," kata Falianty.
Sementara itu, guru besar Fakultas Ekonomi UI, Prof Dr Dorodjatun Kuntjoro Jakti, mengatakan Indonesia tidak mungkin keluar dan tidak terikat dari IMF karena peran IMF sangat besar bagi dunia. Dia merupakan salah satu pemikir ekonomi Indonesia pada masanya.
"Setiap anggota IMF adalah anggota PBB, begitu pula anggota WTO," katanya. Dia mengatakan IMF bertugas menyelesaikan masalah moneter di dunia terutama menyelesaikan masalah keuangan negara seperti permasalahan baru-baru ini antara China dan AS. "Yang satu surplus dan yang satu rugi," katanya.
Ia menegaskan, "Jika kita (Indonesia) keluar dari IMF, dampaknya akan sangat besar, proses perdagangan kita akan kembali kepada sistem barter."
Memang, kata dia, Negara Kuba bukan anggota IMF, tapi bagaimana pertumbuhan dan pembangunan ekonomi Kuba. "Apakah kuba memiliki penduduk sebanyak Indonesia," katanya. (adm)
Hal itu dikatakan Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Prof Firmanzah PhD, ketika menggelar jumpa pers seusai seminar "Indikator Ekonomi Baru untuk Perbaikan Kebijakan Publik dan Outlook Ekonomi 2012" di Kampus Universitas Indonesia, Depok, Selasa.
"IMF hanya salah satu solusi saja. Pemerintah bisa mengantisipasi pinjaman uang luar negeri dengan mengevaluasi surat hutang berharga," katanya.
Hal senada diutarakan Dosen UI, Dr Telisa Aulia Falianty, bahwa alternatif lain ketimbang meminjam dana dari IMF bisa ditempuh dengan peningkatan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia sehingga Indonesia tidak memerlukan bantuan dana asing.
"Jika ukuran ekonomi Indonesia besar, maka ketergantungan Indonesia kepada IMF akan kecil," kata Falianty.
Sementara itu, guru besar Fakultas Ekonomi UI, Prof Dr Dorodjatun Kuntjoro Jakti, mengatakan Indonesia tidak mungkin keluar dan tidak terikat dari IMF karena peran IMF sangat besar bagi dunia. Dia merupakan salah satu pemikir ekonomi Indonesia pada masanya.
"Setiap anggota IMF adalah anggota PBB, begitu pula anggota WTO," katanya. Dia mengatakan IMF bertugas menyelesaikan masalah moneter di dunia terutama menyelesaikan masalah keuangan negara seperti permasalahan baru-baru ini antara China dan AS. "Yang satu surplus dan yang satu rugi," katanya.
Ia menegaskan, "Jika kita (Indonesia) keluar dari IMF, dampaknya akan sangat besar, proses perdagangan kita akan kembali kepada sistem barter."
Memang, kata dia, Negara Kuba bukan anggota IMF, tapi bagaimana pertumbuhan dan pembangunan ekonomi Kuba. "Apakah kuba memiliki penduduk sebanyak Indonesia," katanya. (adm)
Pewarta: Adam Rizal
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011
Tags: