Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Mohammad Syahril mengatakan kebijakan pemerintah dalam melonggarkan aturan bermasker perlu disikapi dengan kewaspadaan individu dan kepatuhan protokol kesehatan.

"Jadi pelonggaran masker ini harus dipahami dengan disiplin jaga kesehatan, salah satunya dengan protokol kesehatan," kata Syahril di Gedung Kemenkes RI Jakarta, Rabu.

Syahril mengatakan pandemi COVID-19 mengajarkan masyarakat untuk punya kesadaran tinggi mencegah penyebaran virus dengan bermasker, menjaga jarak dan mencuci tangan, sebab SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 bisa menular melalui udara.

Menurut Syahrik, demikian juga dengan hepatitis akut yang diduga memiliki kemampuan menular melalui udara dan saluran cerna. "Walaupun sudah diumumkan Presiden, tetap ada kewajiban yang harus dipahami dan diwaspadai," ujarnya.

Baca juga: Menkes: Indonesia sedang proses transisi menuju endemi COVID-19
Baca juga: Epidemiolog: Masyarakat masih perlu disiplin prokes di ruang tertutup

Syahril yang juga menjabat sebagai Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso Jakarta itu mengatakan virus mampu menular ke manusia dalam jarak 1-2 meter melalui droplet.

"Kalau kita bertemu di suatu tempat dan jarak antarorang yang jauh, boleh lepas masker karena pelonggaran ini. Tapi kalau ruang tertutup tetap wajib pakai masker," katanya.

Syahril memastikan keputusan pemerintah melonggarkan penggunaan masker sudah melalui kajian luar biasa. "Tapi tetap harus waspada," katanya.

Syahril mengatakan parameter endemi ditentukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) berdasarkan keterisian rumah sakit maupun positivity rate.

"Transisi ke endemi ini WHO yang menetapkan dan yang menetapkan pandemi itu WHO, bukan negara," katanya.

Baca juga: Ganjar minta masyarakat sadar lindungi diri pelonggaran aturan masker
Baca juga: Ketua DPR apresiasi kebijakan bolehkan lepas masker di area terbuka

Baca juga: Pemkot Surakarta ikuti imbauan pelonggaran masker di ruang terbuka