Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada pada Rabu diproyeksikan menguat didukung surplus neraca perdagangan dan kebijakan pelonggaran penggunaan masker.

Rupiah pagi ini bergerak melemah 3 poin atau 0,02 persen ke posisi Rp14.648 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.645 per dolar AS.

Analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Revandra Aritama mengatakan, rupiah berpeluang menguat seiring Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat nilai ekspor Indonesia mengalami kenaikan ditopang oleh kenaikan harga batu bara.

"Secara neraca perdagangan, Indonesia juga mengalami surplus 7,56 miliar dolar AS, tertinggi sepanjang sejarah. Laporan ini memberikan sentimen positif untuk rupiah," ujar Revandra.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia mencetak surplus 7,56 miliar dolar AS pada April 2022, yang sekaligus menjadi surplus RI ke-24 kali berturut-turut.

Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan, komoditas nonmigas penyumbang surplus terbesar berasal dari lemak dan minyak hewan atau nabati, kemudian bahan bakar mineral.

Dengan demikian, secara kumulatif, neraca perdagangan RI pada Januari-April 2022, Indonesia mengalami surplus 16,89 miliar dolar AS.

"Selain itu, kemarin presiden juga mengumumkan pelonggaran penggunaan masker. Ini juga bisa menjadi faktor pendorong bagi ekonomi lokal mengingat kebijakan ini memberikan sinyal bahwa Indonesia mulai keluar fase pandemi menuju endemi," kata Revandra.

Revandra memperkirakan rupiah hari ini berpotensi bergerak ke kisaran Rp14.600 per dolar AS hingga Rp14.700 per dolar AS.

Pada Selasa (17/5) lalu, rupiah ditutup menguat 52 poin atau 0,35 persen ke posisi Rp14.645 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.697 per dolar AS.

Baca juga: Neraca perdagangan surplus, CORE :dorong kestabilan nilai tukar rupiah

Baca juga: Rupiah menguat dibayangi kebijakan pengetatan moneter AS