Borobudur (ANTARA News) - Pengembangan pertanian di sekitar Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, bermanfaat mengurangi membludaknya jumlah pengasong di tempat wisata yang juga peninggalan peradaban dunia itu, kata Wakil Ketua Forum Rembuk Klaster Kepariwisataan Borobudur Basiyo.

"Sebagian mereka yang sering menjadi pengasong musiman di Candi Borobudur adalah warga yang mampu bertani dan memiliki lahan pertanian," katanya di Borobudur, Sabtu.

Basiyo mengemukakan hal itu terkait dengan aktivitas pengasong di kompleks Taman Wisata Candi Borobudur.

Ia mengatakan, jumlah pengasong berbagai cendera mata di Candi Borobudur pada hari biasa sekitar 1.000 orang yang sebagian besar warga Kecamatan Borobudur.

Pada Sabtu dan Minggu, katanya, jumlah mereka bisa bertambah menjadi sekitar 1.500 orang, sedangkan pada masa libur besar seperti Lebaran, Tahun Baru, dan musim libur sekolah bisa lebih dari 2.000 orang.

Berbagai pihak selama ini memberikan bekal antara lain tentang kepariwisataan kepada mereka agar bisa berinteraksi secara baik dengan wisatawan.

"Mereka pengasong musiman, kalau sedang musim bercocok tanam, jumlah mereka bisa berkurang sekitar 40 persen. Sebagian pengasong dulunya juga petani sekitar Borobudur, karena pertanian tak lagi menjanjikan pendapatan, mereka beralih menjadi pengasong," katanya.

Ia menyebut lahan pertanian di sekitar Candi Borobudur berpotensi dikembangkan, antara lain untuk tanaman padi, palawija, sayuran, dan tembakau.

Jika sarana irigasi dibangun dan dikelola secara optimal, katanya, akan memberikan peluang kepada warga sekitar Candi Borobudur untuk mengembangkan pertanian mereka secara optimal.

"Sekarang ini kalau musim kemarau, air surut. Kalau saluran irigasi lancar, termasuk saat kemarau, mereka tetap bisa bertani," katanya.

Ia menyebut, mereka libur bertani saat musim kemarau dan kemudian beralih menjadi pengasong di Candi Borobudur.

"Sebaliknya mereka libur mengasong saat musim tanam," katanya.
(ANT)