Jakarta (ANTARA) - Perdana Menteri (PM) Mesir Mostafa Madbouly pada Minggu (15/5) mengatakan bahwa negaranya tidak akan mengalami krisis pasokan gandum terlepas dari dampak yang ditimbulkan oleh konflik Rusia-Ukraina, dua negara pengekspor gandum utama ke negara itu.

Pernyataan itu disampaikan Madbouly dalam konferensi pers yang digelar di kantor pusat otoritas investasi di Kairo untuk menjelaskan tentang situasi ekonomi negara di tengah kenaikan inflasi global.

Proyek nasional untuk meningkatkan lahan pertanian telah memungkinkan Mesir menaikkan produksi gandum, kata Madbouly.

"Tahun ini, untuk pertama kalinya dalam sejarah Mesir, kami diprediksi akan mencapai 10 juta ton produksi gandum," kata perdana menteri tersebut.

Mesir saat ini memiliki cadangan gandum yang cukup untuk bertahan selama empat bulan, dan seiring berlanjutnya produksi gandum di dalam negeri, jumlahnya diharapkan akan memadai sampai akhir tahun, ujarnya.

Mesir menyimpan sejumlah cadangan bahan pokok, termasuk gandum, minyak goreng, beras, unggas, daging, dan lain-lain yang cukup untuk bertahan selama empat sampai enam bulan, menurut Madbouly.

Lonjakan inflasi di seluruh dunia telah menyebabkan bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve baru-baru ini menaikkan suku bunga acuannya, dan beberapa bank sentral di seluruh dunia pun telah mengikuti jejak tersebut.
Anak-anak menunggangi keledai melewati ladang gandum di Provinsi Monufia, Mesir, pada 30 April 2022. Mesir saat ini telah memasuki musim panen gandum. (Xinhua/Ahmed Gomaa)


Madbouly mengungkapkan bahwa Mesir "kemungkinan" juga akan menaikkan suku bunga acuannya. "Persentase dan waktunya sepenuhnya akan bergantung pada penilaian dan evaluasi Bank Sentral Mesir," katanya.

Di samping itu, Mesir juga berencana untuk mengurangi tingkat utang pemerintah bruto dari semula 85,8 persen menjadi 75 persen dari produk domestik bruto (PDB) pada 2026, ungkap sang perdana menteri.

Dalam menghadapi inflasi, Mesir akan mengalokasikan 130 miliar pound Mesir (1 pound Mesir = Rp799) dalam anggaran umum mendatang untuk meringankan sebagian beban yang diderita warga, meningkatkan penerima program perlindungan sosial, dan mempertahankan penyediaan bahan pangan dengan harga murah, kata Madbouly.
Seorang wanita membeli roti di pasar selama bulan suci Ramadan di Kairo, Mesir, pada 6 April 2022. (Xinhua/Ahmed Gomaa)


Saat ini, ada 71 juta warga Mesir yang menikmati roti bersubsidi.

Madbouly menyebut bahwa perekonomian Mesir termasuk di antara segelintir perekonomian dunia yang berhasil mencapai pertumbuhan positif selama krisis COVID-19. Dia menambahkan bahwa Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) baru-baru ini menaikkan ekspektasi untuk pertumbuhan ekonomi Mesir menjadi 5,9 persen untuk tahun fiskal 2021/2022.

"Dengan semua krisis global yang belum pernah terjadi sebelumnya yang dialami dunia selama tiga tahun terakhir ini, Mesir mampu mengatasi dan menghadapi krisis ini dengan kuat," kata perdana menteri itu, seraya menegaskan kembali bahwa negaranya akan mampu mengatasi krisis saat ini.
Sejumlah petani memanen gandum di sebuah ladang di Provinsi Monufia, Mesir, pada 30 April 2022. Mesir saat ini telah memasuki musim panen gandum. (Xinhua/Ahmed Gomaa)