Rangkaian acara diawali dengan meditasi bersama, menyambut detik-detik Waisak yang jatuh pada pukul 12.13.46 Wita dan sorenya melaksanakan abhayadana (memberi keselamatan atau rasa aman kepada makhluk hidup) dengan melepas ratusan burung, lalu ramah tamah dan puja bakti Waisak.
"Perayaan Waisak tahun ini menjadi yang pertama kali umat bisa berkumpul kembali secara tatap muka setelah dua tahun terkendala masa pandemi COVID-19," kata Ketua Panitia Perayaan Waisak Anita Verina.
Ia menambahkan umat bisa hadir langsung mengikuti perayaan Waisak secara langsung di vihara dan tentunya dilaksanakan dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan secara ketat.
Rangkaian peringatan Hari Trisuci Waisak telah dimulai dengan mahajata atau peringatan ulang tahun Vihara Buddha Sakyamuni sejak sebulan sebelumnya, dan dilaksanakan secara daring.
Baca juga: Wapres harap Waisak tingkatkan kebijaksanaan umat Buddha
Selain itu juga berlangsung Sebulan Pendalaman Dhamma (SPD) yang digelar dua kali dalam seminggu, yakni Kamis dan Minggu, dan upacara Pattidana atau pelimpahan jasa serta Visudhi Upasaka-Upasika.
Perayaan hari Trisuci Waisak bukan hanya untuk memperingati tiga peristiwa penting dalam kehidupan Sang Buddha yakni lahirnya pangeran Siddhartha Gautama, Pangeran Siddhartha mencapai penerangan sempurna sebagai Buddha, dan Sang Buddha parinibbhana, namun juga momentum untuk selalu ingat dan melaksanakan ajaran Buddha.
Perayaan Waisak 2022 mengangkat tema "Moderasi Beragama Membangun Kedamaian" yang sejalan dengan kondisi sosial kemasyarakatan saat ini.
Baca juga: Bupati Klungkung lepasliarkan ratusan perkutut-kutilang di Hari Waisak
Dalam pesan Trisuci Waisak yang disampaikan Sanghanayaka (Ketua Umum) Sangha Theravada Indonesia, Bhikkhu Sri Subhapañño Mahathera, kepada seluruh umat di seluruh Indonesia menyatakan moderasi beragama sangat tepat diterapkan di tengah kehidupan dewasa ini.
Hal ini memberi kesempatan bagi umat Buddha dan umat beragama lain untuk melaksanakan agama masing-masing dengan sikap saling bertoleransi, sehingga terbangunlah kedamaian hidup antar umat beragama di Indonesia.
"Marilah umat Buddha sekalian melaksanakan moderasi beragama dengan menerapkan cinta kasih dan kasih sayang disertai kebijaksanaan, kesusilaan (moral), dan keteguhan pikiran (meditasi), agar kotoran pikiran dapat dikurangi bahkan dilenyapkan sehingga terbangunlah kedamaian masyarakat di Indonesia," katanya.
Ditambahkan, moderasi beragama menjadi kebutuhan untuk menemukan persamaan dalam perbedaan, bukan mempertajam perbedaan dengan bersikap eksklusif. Moderasi beragama menjunjung nilai kemanusiaan dan menghadirkan keseimbangan pemahaman agama di tengah masyarakat.
Moderasi beragama sebagai jalan bijak memadukan cinta kasih dan kasih sayang serta pemahaman agama lebih terbuka terhadap perkembangan kehidupan dewasa ini, sehingga moderasi beragama dapat menjauhkan sikap ekstrem, bahkan pemikiran primordialisme dan intoleransi terhadap perbedaan.
Baca juga: Khidmatnya Tri Suci Waisak di Lampung setelah COVID-19 melandai
Baca juga: Umat Budha sebar kebaikan dan tuai kebajikan saat Waisak