Perilaku Sindoro berubah
8 Desember 2011 19:41 WIB
Seorang warga berjalan memikul rumput berlatar belakang Gunung Sindoro yang tertutup kabut di kawasan lereng gunung itu di Desa Canggal, Candiroto, Temanggung, Jateng, Selasa (6/12). (FOTO ANTARA/Anis Efizudin)
Temanggung (ANTARA News) - Badan Geologi menyatakan bahwa perilaku Gunung Sindoro di Jawa Tengah berubah, dari yang semula "istirahat" cukup lama, sekarang muncul air kawah panas dan asap solfatara.
"Ada perubahan perilaku dari normal menjadi tidak normal. Ketidaknormalan inilah yang harus diamati terus. Kini muncul gempa volkanik dangkal maupun dalam," kata Kelapa Badan Geologi R Sukhyar di Temanggung, Kamis.
Usai meninjau Pos Pengamatan Gunung Api Sindoro dan Sumbing di Desa Gentingsari, Kecamatan Bansari, Kabupaten Magelang, Sukhyar mengatakan, perubahan-perubahan itu harus diikuti perkembangannya dari waktu ke waktu.
Menurut dia, sangat susah untuk memprediksi aktivitas Sindoro yang telah lama istirahat. "Gunung yang begitu lama tidak apa-apa kemudian muncul aktivitas diperlukan perkembangan seismik dari hari ke hari. Hal ini yang mesti kami lakukan."
Namun, katanya, yang penting masyarakat sudah mengantisipasi dengan kondisi Sindoro saat ini karena pemberitaan media.
"Masyarakat yang sudah antisipatif ini perlu dikelola dengan baik sehingga tidak kaget jika terjadi apa-apa dan kami berharap mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa," katanya.
Ia mengatakan, peningkatan aktivitas gunung api tidak harus diikuti letusan atau bisa diikuti dengan letusan, maka perlu diikuti perkembangannya.
Melihat perilaku masa lalu, katanya, Gunung Sindoro pernah mengeluarkan letusan freatik yakni letusan abu atau asap yang hanya berada di sekitar kawah.
Ia mengatakan, belum pernah mengalami letusan Sindoro yang besar, kalau tahun 1970 ada peningkatan kegiatan, tetapi tidak ada letusan.
"Hal itu dapat menjadi pembanding. Peningkatan aktivitas ini bisa tidak terjadi apa-apa. Tetapi melihat kondisi saat ini bisa terjadi bisa tidak," katanya.
Menurut dia, yang penting warga jangan dibuat resah. Peningkatan aktivitas Sindoro tahun 1970, artinya sudah 40 tahun lalu dan tidak banyak orang mengalami hal itu, karena penduduk tidak sebanyak sekarang.
Saat ini, katanya, manajemen bencana sangat penting, terutama bagi daerah yang belum pernah merasakan letusan gunung api. Berbeda dengan daerah sekitar Merapi, mereka jauh lebih siap.
(H018/I007)
"Ada perubahan perilaku dari normal menjadi tidak normal. Ketidaknormalan inilah yang harus diamati terus. Kini muncul gempa volkanik dangkal maupun dalam," kata Kelapa Badan Geologi R Sukhyar di Temanggung, Kamis.
Usai meninjau Pos Pengamatan Gunung Api Sindoro dan Sumbing di Desa Gentingsari, Kecamatan Bansari, Kabupaten Magelang, Sukhyar mengatakan, perubahan-perubahan itu harus diikuti perkembangannya dari waktu ke waktu.
Menurut dia, sangat susah untuk memprediksi aktivitas Sindoro yang telah lama istirahat. "Gunung yang begitu lama tidak apa-apa kemudian muncul aktivitas diperlukan perkembangan seismik dari hari ke hari. Hal ini yang mesti kami lakukan."
Namun, katanya, yang penting masyarakat sudah mengantisipasi dengan kondisi Sindoro saat ini karena pemberitaan media.
"Masyarakat yang sudah antisipatif ini perlu dikelola dengan baik sehingga tidak kaget jika terjadi apa-apa dan kami berharap mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa," katanya.
Ia mengatakan, peningkatan aktivitas gunung api tidak harus diikuti letusan atau bisa diikuti dengan letusan, maka perlu diikuti perkembangannya.
Melihat perilaku masa lalu, katanya, Gunung Sindoro pernah mengeluarkan letusan freatik yakni letusan abu atau asap yang hanya berada di sekitar kawah.
Ia mengatakan, belum pernah mengalami letusan Sindoro yang besar, kalau tahun 1970 ada peningkatan kegiatan, tetapi tidak ada letusan.
"Hal itu dapat menjadi pembanding. Peningkatan aktivitas ini bisa tidak terjadi apa-apa. Tetapi melihat kondisi saat ini bisa terjadi bisa tidak," katanya.
Menurut dia, yang penting warga jangan dibuat resah. Peningkatan aktivitas Sindoro tahun 1970, artinya sudah 40 tahun lalu dan tidak banyak orang mengalami hal itu, karena penduduk tidak sebanyak sekarang.
Saat ini, katanya, manajemen bencana sangat penting, terutama bagi daerah yang belum pernah merasakan letusan gunung api. Berbeda dengan daerah sekitar Merapi, mereka jauh lebih siap.
(H018/I007)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011
Tags: