Jakarta (ANTARA) - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno menginginkan Pentas Seni dan Pameran Sastra Saraswati Sewana 2022 menarik kehadiran lebih banyak wisatawan untuk berkunjung ke Bali dan diselenggaran secara reguler setiap tahun.

Dia memandang acara ini sangat kental dengan unsur ekonomi kreatif dan kearifan budaya yang bisa menjadi cerita tersendiri bagi wisatawan.

"Kearifan budaya yang melestarikan lingkungan ini sudah menjadi bagian dari kehidupan kita selama ribuan tahun di Bali dan ini nanti yang akan kita tampilkan (Konferensi Tingkat Tinggi/KTT) G-20, " kata Menparekraf Sandiaga Uno saat menghadiri pentas seni tersebut di Pura Segara Ulun Danu Batur, Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, lewat keterangan resmi, Jakarta, Minggu.

Lebih lanjut ia mengapresiasi pelaksanaan pentas kesenian tradisional ini yang memperlihatkan pameran lukisan dan penanaman pohon serta menilai hal ini merupakan momentum kebangkitan ekonomi Bali dengan mengedepankan pelestarian tradisi lokal serta lingkungan.

Baca juga: Sandiaga: Pariwisata berkualitas mengurangi beban lingkungan

"Kegiatan ini menjadi event yang membangkitkan ekonomi sekaligus melestarikan kebudayaan dan juga lingkungan hidup," ujar Menparekraf Sandiaga Uno.

Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud, Anak Agung Gde Ngurah Ari Dwipayana menambahkan acara yang digagas oleh pihaknya bersama Pupuk Indonesia Holding Company dan Petrokimia Gresik bisa memperlihatkan kreativitas seniman Bali dalam berkarya.

Selain itu Ari mengharapkan Pentas Seni dan Pameran Sastra Saraswati Sewana 2022 bisa menjadi cerminan pariwisata Bali di era baru yang mengedepankan kelestarian lingkungan.

"Kami berharap ini adalah bentuk pariwisata baru Bali yang ingin kita dorong. Bukan hanya pariwisata budaya, tapi juga ecotourism sehingga bisa memanfaatkan masyarakat sebanyak mungkin dalam aktivitas pariwisata secara ekonomi dan juga melakukan konservasi lingkungan," ucap dia.

Baca juga: 70 pementasan selama 50 hari ramaikan ajang Bali Mandara Mahalango

Baca juga: Sandiaga: Tren inap tak lagi resor, tapi kabin kecil ramah lingkungan