Ternate (ANTARA News) - Gunung Gamalama di Kota Ternate, Maluku Utara, terus menyeburkan abu vulkanik, namun frekuensinya menurun jika dibandingkan dengan hari sebelumnya.
"Hingga Selasa sore ini, terjadi tiga kali semburan abu vulkanik dari puncak Gunung Gamalama dengan ketinggian 500-700 meter," kata Kepala Pos pengamatan Gunung Api Gamalama, Darno Lamane di Ternate, Selasa.
Gunung setinggi 1.700 meter dari permukaan laut itu meletus pada Minggu (4/12) malam. Pada Senin (5/12) gunung itu menyemburkan abu vulkanik sebanyak lima kali.
Menurut Darno, semburan abu vulkanik Gunung Gamalama hari ini terbawa angin menuju arah selatan sehingga daerah di wilayah selatan Ternate terkena abu vulkanik gunung itu.
Bahkan sejumlah wilayah di Kota Tidore Kepulauan terletak pada bagian selatan dari Gunung Gamalama juga ikut terkena abu vulkanik sehingga mengganggu aktivitas masyarakat setempat.
Ia mengatakan, gempa tremor juga masih tercatat pada alat pemantau aktivitas Gunung Gamalama, namun frekuensinya menurun jika dibandingkan dengan hari sebelumnya.
Status gunung yang terletak di tengah Pulau Ternate itu masih tetap Siaga atau level III dan belum bisa dipastikan apakah aktivitas vulkaniknya akan menurun atau meningkat hingga ke status Awas.
"Kami belum bisa pastikan perkembangan selanjutnya dari aktivitas Gunung Gamalama itu, untuk itu kami imbau kepada masyarakat Ternate tetap waspada, tapi jangan panik," katanya.
Meletusnya Gunung Gamalama tersebut mengakibatkan 1.206 jiwa warga di sejumlah daerah rawan, terpaksa harus diungsikan ke sejumlah tempat penampungan yang disiapkan oleh Pemkot Ternate, seperti di eks Kantor Gubernur Malut dan mes Persiter.
Belasan rumah warga di wilayah Tubo, Kecamatan Ternate Utara juga mengalami rusak berat dan rusak ringan, bahkan ada tiga rumah hanyut akibat dihantam banjir lahar dingin dari letusan Gunung Gamalama.
(T.KR-AF/S023)
Gunung Gamalama terus semburkan abu vulkanik
6 Desember 2011 20:01 WIB
Gunung Gamalam di Ternate, Maluku Utara. (FOTO ANTARA/Achunk)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011
Tags: