Solo (ANTARA News) - Wali Kota Surakarta Joko Widodo yang akrab dipanggil Jokowi, menanggapi dingin mengenai hasil kajian yang dilakukan oleh Cyrus Network bersama Laboratorium Psikologi Politik Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI), yang sementara ini dinilai paling tepat untuk memimpin Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta.

"Jabatan seperti itu tidak perlu diuber-uber nanti kalau waktu datang pasti juga akan datang. Buktinya saya dulu itu hanya tukang kayu yang setiap hari hanya diparik menggeluti meubel dan waktunya datang saya bisa jadi Wali Kota Surakarta, sampai orang tua saya itu tidak percaya. Untuk itu berdasarkan pengalaman yang sudah-sudah itu adanya berita tersebut kita tanggapi dengan tenang dan kepala dingin," katanya.

Cyrus Network bersama Laboratorium Psikologi Politik Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ,elakukan penelitian pada 24 November hingga 1 Desember 2011.

Metode penelitian dilakukan dengan focus group discussion di tahap pertama, lantas survei opinion leader di tahap kedua. Kegiatan ini melibatkan 100 orang yang terbagi dalam 10 kelompok.

Pengkajian meliputi sembilan dimensi calon Gubernur DKI Jakarta meliputi visioner, leadership, intelektualitas, ketrampilan politik, ketrampilan komunikasi politik, stabilitas emosi, gaya kepemimpinan, penampilan dan integritas moral.

Penelitian tersebut memunculkan nama-nama yang pantas menjadi calon Gubernur DKI Jakarta pertama Jokowi skor 6,98, kedua Faisal Basri skor 6,7, ketiga Fadel Muhammad skor 6,3, keempat Sandiaga Uno skor 6,15 dan kelima Chairul Tanjung skor 6,10.

"Ya kalau dalam survei itu seperti dimuat di beberapa media memang saya nomor satu dan saya juga terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepada saya. Untuk mencapai tujuan itu tidak cukup hasil survei saja, tetapi juga perlu dukungan semua baik menyangkut masalah politik, masyarakat, partai dan lain-lain," katanya.

Jokowi menyatakan dirinya tidak punya keinginan untuk maju Gubernur DKI Jakarta . "Saya tetap tak kepikiran untuk ke sana dan saya harus sadar dan secara realitas politik sulit. Belum lagi pertimbangan-pertimbangan lain yang memberatkan saya. Sekarang saya juga masih menjabat sebagai Wali Kota Surakarta ini sudah cukup," katanya.
(J005/Y008)