Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan sistem deteksi dini tsunami PUMMA (Perangkat Ukur Murah untuk Muka Air Laut) yang dipasang di kompleks Gunung Anak Krakatau (GAK) beroperasi dengan baik.

"Teknologi ini mendeteksi tsunami berdasarkan anomali tinggi muka air laut akibat aktivitas seismik di dasar atau longsoran bawah laut yang direkam oleh sensor tinggi muka air laut," kata Kepala Organisasi Riset Kebumian dan Maritim BRIN Ocky Karna Radjasa saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.

Ia menuturkan data yang direkam langsung oleh PUMMA dikirim ke pusat data di Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) secara seketika melalui jaringan Global System for Mobile Communications (GSM).

Teknologi PUMMA atau IDSL (Inexpensive Device for Sea Level measurement) juga dilengkapi dengan CCTV untuk memantau gelombang tsunami secara langsung.

Pihak BMKG akan mengeluarkan peringatan dini berdasarkan analisis data pantauan anomali tinggi muka air laut.

Baca juga: Waspadai potensi tsunami akibat erupsi Gunung Anak Krakatau

Pakar tsunami yang juga peneliti di BRIN Semeidi Husrin mengatakan PUMMA dipasang di Selat Sunda untuk memperkuat sistem deteksi dini tsunami di wilayah itu.

PUMMA merupakan hasil riset bersama dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang sekarang sudah terintegrasi ke BRIN, Universitas Lampung, dan mitra internasional JRC-EC.

Peralatan PUMMA juga masih terpasang di Pulau Sebesi di Lampung dan Marina Jambu di Pandeglang, Banten.

Ia mengatakan walaupun alat tersebut jauh dari kompleks Gunung Anak Krakatau, dalam tiga tahun terakhir terbukti memperlihatkan kinerja yang baik.

Kinerja tersebut dapat dilihat dari berbagai parameter seperti kualitas data yang rapat, transmisi yang cepat (real-time), mampu memberikan peringatan (alert) jika ada anomali muka air (tsunami) dan dilengkapi dengan kamera CCTV untuk konfirmasi visual.

Dalam proses pemasangan PUMMA/IDSL di kompleks Gunung Anak Krakatau, BRIN dan BMKG bekerja sama dengan beberapa pihak, antara lain KKP, Universitas Lampung, BAKTI Kominfo, Telkomsel, dan Balawista.

Baca juga: BMKG: Potensi tsunami dari erupsi Gunung Anak Krakatau menurun

BAKTI Kominfo telah tuntas mockup sistem telekomunikasi satelit untuk Krakatau di Pulau Rakata. Telkomsel telah selesai membangun tower GSM di Sebesi sehingga Pulau Setung dan Panjang dapat dijangkau jaringan GSM.

"Dengan dukungan infrastruktur telekomunikasi dan infrastruktur terkait dari PT Telkomsel dan BAKTI Kominfo yang dikoordinasikan oleh BMKG, sistem ini akan segera terwujud dan akan membantu BMKG dalam mendeteksi gelombang tinggi akibat aktivitas Gunung Anak Krakatau," ujar Semeidi.

Hingga saat ini, BMKG bersama Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi terus memonitor perkembangan aktivitas Gunung Anak Krakatau dan muka air laut di Selat Sunda.

Masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi gelombang tinggi atau tsunami ini khususnya di malam hari.

Masyarakat juga diharapkan tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak bertanggung jawab. Informasi kredibel hanya bersumber dari Badan Geologi, BMKG, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat.

Baca juga: BMKG imbau pengelola usaha-pemda siaga setelah Anak Krakatau Level 3
Baca juga: Badan Geologi pantau penumpukan badan Anak Krakatau berpotensi tsunami
Baca juga: BMKG harapkan Pemda siapkan rencana kontinjensi siaga GAK