Jakarta (ANTARA) - Pemerintah akan meningkatkan peran gas bumi selama masa transisi energi untuk mengimbangi permintaan energi primer seiring peningkatan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan kerja sama internasional memiliki kontribusi besar untuk meningkatkan peran gas bumi dalam mendukung target netralitas karbon.

"Investasi dalam proyek gas alam perlu ditingkatkan secara global untuk mendorong penggunaan gas alam yang lebih besar," ujarnya dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Kamis.

Tutuka menuturkan transisi energi bersih harus dilakukan secara komprehensif dalam berbagai tahapan dengan mempertimbangkan daya saing, biaya, ketersediaan, dan keberlanjutan untuk memastikan transisi berjalan lancar serta ketahanan energi tidak terganggu.

Indonesia pertama kali memproduksi gas bumi pada 1965. Komoditas itu terus ditingkatkan untuk berbagai keperluan di dalam negeri.

Sebelumnya, gas bumi lebih banyak digunakan untuk tujuan ekspor. Saat ini, lebih dari 60 persen produksi gas Indonesia digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik.

Dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), porsi gas bumi ditargetkan mencapai 24 persen dalam bauran energi nasional pada 2050. Cadangan gas Indonesia menjadi salah satu faktor penentu target tersebut.

Kementerian ESDM memproyeksikan total cadangan gas sebesar 62,39 TSCF tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Pemerintah pun mengundang calon investor untuk berkontribusi dalam mengembangkan cadangan.

"Pemerintah menawarkan kemudahan berusaha dan fasilitas pendukung bagi investor, mulai dari regulasi, perizinan, hingga insentif fiskal dan nonfiskal," kata Tutuka.

Saat ini, konsumen gas terbesar di Indonesia adalah industri, listrik, dan pupuk. Sementara itu, sekitar 22,57 persen diekspor dalam bentuk gas alam cair atau LNG,dan 13,13 persen diekspor melalui pipa. Total konsumsi gas mencapai 5.734,43 BBTUD.

Indonesia menargetkan produksi gas bumi sebesar 12 BSCFD pada 2030 untuk menjaga ketahanan energi nasional.

Berdasarkan Neraca Gas Indonesia, diperkirakan ada potensi surplus untuk memasok kebutuhan industri baru di dalam negeri atau untuk diekspor.

Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, khususnya untuk industri maupun pembangkit listrik, pemerintah terus meningkatkan pembangunan infrastruktur, misalnya pipa gas.

Selain itu, pengembangan pipa LNG skala kecil dan virtual juga penting untuk mengamankan pasokan energi di daerah-daerah tertentu dengan kendala geografis, seperti di pulau-pulau kecil.

"Dengan cadangan dan potensi yang melimpah tersebut membuka pasar gas bumi di Indonesia. Kami menyambut para investor untuk bergabung dalam pengembangan gas di tanah air untuk menyediakan pasokan energi yang andal dan pada saat yang sama untuk mencapai target net zero emission pada 2060," ujarnya.

Baca juga: Kementerian ESDM: RI punya 3 sumber energi andalan capai netral karbon
Baca juga: Kementerian ESDM: Peta jalan transisi energi dukung ekonomi hijau
Baca juga: Presiden ingin percepatan kerja sama transisi energi dengan Jepang