BMKG cek instrumen peringatan dini gempa-tsunami wujudkan nihil korban
12 Mei 2022 15:44 WIB
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengecek kesiapan instrumen peringatan dini gempa bumi dan tsunami di shelter seismograf Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah, Kamis (12/5/2022). (Antara/HO-BMKG)
Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melakukan kegiatan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah berupa pengecekan kesiapan instrumen peringatan dini gempa bumi dan tsunami di wilayah selatan Pulau Jawa tersebut.
Lima titik shelter alat yang dicek meliputi Shelter Seismograf Kawasan Candi Abang Sleman, Shelter Wanagama UGM, Shelter Seismograf Gedangsari, Shelter SBJM Sanden Bantul dan Shelter MKJM Manisrenggo Klaten, Jawa Tengah.
"Peninjauan dan pengecekan ini rutin dilakukan sebagai bagian dari langkah preventif maintenance sistem informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami," ungkap Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Kamis.
Baca juga: BMKG: Gelombang tinggi masih berpotensi di laut selatan Jabar-DIY
Dwikorita menyebut wilayah pesisir selatan Jawa merupakan wilayah rawan bencana gempa dan tsunami akibat pergerakan lempeng tektonik Indo-Australia dan Eurasia.
Maka dari itu, kata dia, pengecekan seluruh alat dan instrumen peringatan dini menjadi sebuah kewajiban yang harus dilakukan karena menyangkut keselamatan rakyat.
"Ini bagian dari ikhtiar dan komitmen BMKG dalam mewujudkan zero victim atau nihil korban. Kami berupaya menyajikan informasi yang bukan sekedar cepat, tapi juga tepat dan akurat," imbuhnya.
Baca juga: Sulawesi Utara diguncang gempa bermagnitudo 5,2
Lebih lanjut Dwikorita menuturkan bahwa BMKG juga menerapkan budaya kerja yang siaga, antisipatif, responsif dan adaptif. Mengingat bencana alam adalah musibah yang tidak dapat diprediksi dan bisa terjadi kapan saja.
"Kami terus berpacu dengan waktu untuk menekan seminimal mungkin risiko dan kerugian yang mungkin terjadi," ujarnya.
Selain melakukan pengecekan secara rutin terhadap seluruh instrumen peringatan dini, tambah Dwikorita, BMKG juga aktif mengedukasi masyarakat mengenai kebencanaan.
Harapannya, tambah dia, seluruh masyarakat Indonesia senantiasa siap siaga dan tidak gugup dan gagap dalam menghadapi bencana berikut dampak yang ditimbulkannya. Secara sadar masyarakat dapat melakukan antisipasi lebih dini dan beradaptasi ketika menghadapi kejadian bencana.
Baca juga: BMKG: 10 zona musim di NTT telah memasuki musim kemarau
Baca juga: BMKG Jateng sebut sebagian Grobogan dan Kota Semarang sudah kemarau
Lima titik shelter alat yang dicek meliputi Shelter Seismograf Kawasan Candi Abang Sleman, Shelter Wanagama UGM, Shelter Seismograf Gedangsari, Shelter SBJM Sanden Bantul dan Shelter MKJM Manisrenggo Klaten, Jawa Tengah.
"Peninjauan dan pengecekan ini rutin dilakukan sebagai bagian dari langkah preventif maintenance sistem informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami," ungkap Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Kamis.
Baca juga: BMKG: Gelombang tinggi masih berpotensi di laut selatan Jabar-DIY
Dwikorita menyebut wilayah pesisir selatan Jawa merupakan wilayah rawan bencana gempa dan tsunami akibat pergerakan lempeng tektonik Indo-Australia dan Eurasia.
Maka dari itu, kata dia, pengecekan seluruh alat dan instrumen peringatan dini menjadi sebuah kewajiban yang harus dilakukan karena menyangkut keselamatan rakyat.
"Ini bagian dari ikhtiar dan komitmen BMKG dalam mewujudkan zero victim atau nihil korban. Kami berupaya menyajikan informasi yang bukan sekedar cepat, tapi juga tepat dan akurat," imbuhnya.
Baca juga: Sulawesi Utara diguncang gempa bermagnitudo 5,2
Lebih lanjut Dwikorita menuturkan bahwa BMKG juga menerapkan budaya kerja yang siaga, antisipatif, responsif dan adaptif. Mengingat bencana alam adalah musibah yang tidak dapat diprediksi dan bisa terjadi kapan saja.
"Kami terus berpacu dengan waktu untuk menekan seminimal mungkin risiko dan kerugian yang mungkin terjadi," ujarnya.
Selain melakukan pengecekan secara rutin terhadap seluruh instrumen peringatan dini, tambah Dwikorita, BMKG juga aktif mengedukasi masyarakat mengenai kebencanaan.
Harapannya, tambah dia, seluruh masyarakat Indonesia senantiasa siap siaga dan tidak gugup dan gagap dalam menghadapi bencana berikut dampak yang ditimbulkannya. Secara sadar masyarakat dapat melakukan antisipasi lebih dini dan beradaptasi ketika menghadapi kejadian bencana.
Baca juga: BMKG: 10 zona musim di NTT telah memasuki musim kemarau
Baca juga: BMKG Jateng sebut sebagian Grobogan dan Kota Semarang sudah kemarau
Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022
Tags: