Tangkal barang bajakan melalui rancangan eksklusif
2 Desember 2011 13:30 WIB
Bisnis pakaian melalui pola distro (gerai penyalur) menjadi alternatif yang menarik untuk dilaksanakan secara serius. Bisnis yang bisa dikategorikan sebagai industri kreatif ini menyumbang perolehan ekonomi yang cukup tinggi. (FOTO ANTARA/Rosa Panggabean)
Semarang (ANTARA News) - Siapa yang tidak kesal karya ciptanya dibajak setelah susah-payah dirancang? "Desain produk pakaian dan aksesori yang dibuat eksklusif dalam jumlah terbatas mampu meredam barang bajakan di pasaran," kata pemilik gerai penyalur CSTR/Couster, Rizki.
Bukan cuma untuk menangkal pembajakan karya cipta, karena menurut dia, "Rancangan produk eksklusif juga mampu membendung barang impor berharga murah yang kian membanjiri toko pakaian di negeri ini."
Perkembangan distro (gerai penyalur) di Indonesia cukup bagus, katanya, di Semarang, Jumat. Mal, pusat perbelanjaan, dan pusat grosir memang menjadi pesaing distro, selain barang bajakan itu sendiri.
Rofiq Sutanto, anggota Panitia Distro Clothing Expo di Semarang, menyatakan, "Tantangannya adalah menarik masyarakat untuk mau menggunakan buatan anak negeri. Rancangan dan kualitas pakaian distro buatan dalam negeri tidak kalah dibanding dengan merek luar negeri."
Pameran yang diadakan di Gedung Admiral Semarang ini menampilkan berbagai kreativitas anak muda Indonesia dalam bidang pakaian seperti berbagai model kaos, kemeja, jaket, tas, dan aksesori.
"Walaupun toko-toko distro kian menjamur, bisnis distro tetaplah menguntungkan," kata Sutanto.
Menurut dia, omzet gerai penyalur besar pada satu acara pameran selama empat hari bisa mencapai Rp60-100 juta.
"Untuk yang kecil yang barangnya tidak banyak, omzetnya bisa mencapai Rp20-40 juta," ujarnya.
Bahkan Distro CSTR/Couster yang dikelola Rizky dalam satu tahun bisa meraih omzet Rp1 miliar.
"Yang membedakan antara satu distro dengan distro lainnya adalah desainnya," kata Indra, pemilik Distro Anyway. Setiap gerai penyalur memiliki tema dan karakter sendiri-sendiri sesuai dengan selera konsumen.
katanya. (KR-WSN)
Bukan cuma untuk menangkal pembajakan karya cipta, karena menurut dia, "Rancangan produk eksklusif juga mampu membendung barang impor berharga murah yang kian membanjiri toko pakaian di negeri ini."
Perkembangan distro (gerai penyalur) di Indonesia cukup bagus, katanya, di Semarang, Jumat. Mal, pusat perbelanjaan, dan pusat grosir memang menjadi pesaing distro, selain barang bajakan itu sendiri.
Rofiq Sutanto, anggota Panitia Distro Clothing Expo di Semarang, menyatakan, "Tantangannya adalah menarik masyarakat untuk mau menggunakan buatan anak negeri. Rancangan dan kualitas pakaian distro buatan dalam negeri tidak kalah dibanding dengan merek luar negeri."
Pameran yang diadakan di Gedung Admiral Semarang ini menampilkan berbagai kreativitas anak muda Indonesia dalam bidang pakaian seperti berbagai model kaos, kemeja, jaket, tas, dan aksesori.
"Walaupun toko-toko distro kian menjamur, bisnis distro tetaplah menguntungkan," kata Sutanto.
Menurut dia, omzet gerai penyalur besar pada satu acara pameran selama empat hari bisa mencapai Rp60-100 juta.
"Untuk yang kecil yang barangnya tidak banyak, omzetnya bisa mencapai Rp20-40 juta," ujarnya.
Bahkan Distro CSTR/Couster yang dikelola Rizky dalam satu tahun bisa meraih omzet Rp1 miliar.
"Yang membedakan antara satu distro dengan distro lainnya adalah desainnya," kata Indra, pemilik Distro Anyway. Setiap gerai penyalur memiliki tema dan karakter sendiri-sendiri sesuai dengan selera konsumen.
katanya. (KR-WSN)
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011
Tags: