BRIN sebut kearifan lokal perkaya teknologi rumah tahan gempa
11 Mei 2022 18:19 WIB
Warga melintas di depan rumah tahan gempa di Rangkasbitung, Lebak, Banten, Jumat (21/1/2022). Prototipe rumah tahan gempa yang dibangun oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tersebut dapat menahan gempa berkekuatan magnitudo 8,0 SR dan akan dijadikan sarana edukasi kegempaan bagi masyarakat. ANTARA/Muhammad Bagus Khoirunas/nym.
Jakarta (ANTARA) - Kepala Organisasi Riset Kebumian dan Maritim Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Ocky Karna Radjasa mengatakan kearifan lokal dalam membangun rumah dapat dipelajari untuk memperkaya pengetahuan dalam mengembangkan teknologi rumah tahan gempa masa kini.
"Mitigasi bencana perlu memasukkan aspek kearifan lokal karena aspek ini memberikan pengetahuan mendasar bagaimana mengenali dan mengurangi risiko dari ancaman geologi," kata Ocky saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.
Ocky menuturkan ancaman geologi tersebut meliputi antara lain gempa bumi, tsunami, banjir, dan tanah longsor.
Selain mengandung cerita atau hikayat mengenai suatu peristiwa bencana di masa lampau, kearifan lokal juga mengandung pengetahuan atau informasi ilmiah terkait teknologi yang dapat dikembangkan untuk mendukung upaya mitigasi bencana di masa sekarang.
Kearifan lokal tersebut dapat berupa cara masyarakat membangun rumah gadang, panggung, dan joglo dengan teknik pemasangan rangka kayu yang terlihat kompleks serta dinding berlapis anyaman bambu, yang dinilai tahan terhadap gempa.
Menurut Ocky, teknik tersebut tentu menjadi suatu tantangan bagi periset BRIN untuk mencoba mempelajari dan mengembangkan teknik konstruksi rumah tersebut agar bisa diakomodir dalam pembangunan rumah tahan gempa di masa sekarang.
Berdasarkan informasi yang dihimpun ANTARA dari laman resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat 11 kejadian gempa merusak pada 2020.
Sejumlah gempa tersebut mengguncang Simeuleu, Seram, Sukabumi, Tapanuli Selatan, Sabang, Maluku Utara, Bengkulu, Talaud, Pangandaran, Mamuju Tengah dan Brebes-Kuningan.
Data kerusakan rumah akibat gempa mencapai 1.926 unit dengan rincian rusak berat sebanyak 241 unit, rusak sedang sebanyak 492 unit dan rusak ringan sebanyak 1.193 unit.
Korban luka maupun meninggal bisa terjadi tidak disebabkan karena guncangan gempa tetapi oleh reruntuhan bangunan. Oleh karenanya, perlu memperhatikan kondisi rumah masing-masing. Membangun rumah tahan gempa bisa menjadi solusi alternatif karena Indonesia rawan gempa bumi.
Baca juga: Rektor UWM: Masyarakat perlu diedukasi bangun rumah tahan gempa
Baca juga: BRIN bangun empat unit rumah komposit tahan gempa pada 2021
Baca juga: Inovasi rumah komposit tahan gempa sebagai solusi mitigasi bencana
"Mitigasi bencana perlu memasukkan aspek kearifan lokal karena aspek ini memberikan pengetahuan mendasar bagaimana mengenali dan mengurangi risiko dari ancaman geologi," kata Ocky saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.
Ocky menuturkan ancaman geologi tersebut meliputi antara lain gempa bumi, tsunami, banjir, dan tanah longsor.
Selain mengandung cerita atau hikayat mengenai suatu peristiwa bencana di masa lampau, kearifan lokal juga mengandung pengetahuan atau informasi ilmiah terkait teknologi yang dapat dikembangkan untuk mendukung upaya mitigasi bencana di masa sekarang.
Kearifan lokal tersebut dapat berupa cara masyarakat membangun rumah gadang, panggung, dan joglo dengan teknik pemasangan rangka kayu yang terlihat kompleks serta dinding berlapis anyaman bambu, yang dinilai tahan terhadap gempa.
Menurut Ocky, teknik tersebut tentu menjadi suatu tantangan bagi periset BRIN untuk mencoba mempelajari dan mengembangkan teknik konstruksi rumah tersebut agar bisa diakomodir dalam pembangunan rumah tahan gempa di masa sekarang.
Berdasarkan informasi yang dihimpun ANTARA dari laman resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat 11 kejadian gempa merusak pada 2020.
Sejumlah gempa tersebut mengguncang Simeuleu, Seram, Sukabumi, Tapanuli Selatan, Sabang, Maluku Utara, Bengkulu, Talaud, Pangandaran, Mamuju Tengah dan Brebes-Kuningan.
Data kerusakan rumah akibat gempa mencapai 1.926 unit dengan rincian rusak berat sebanyak 241 unit, rusak sedang sebanyak 492 unit dan rusak ringan sebanyak 1.193 unit.
Korban luka maupun meninggal bisa terjadi tidak disebabkan karena guncangan gempa tetapi oleh reruntuhan bangunan. Oleh karenanya, perlu memperhatikan kondisi rumah masing-masing. Membangun rumah tahan gempa bisa menjadi solusi alternatif karena Indonesia rawan gempa bumi.
Baca juga: Rektor UWM: Masyarakat perlu diedukasi bangun rumah tahan gempa
Baca juga: BRIN bangun empat unit rumah komposit tahan gempa pada 2021
Baca juga: Inovasi rumah komposit tahan gempa sebagai solusi mitigasi bencana
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2022
Tags: