Jakarta (ANTARA) - Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) bersama Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Bidang Keuangan dan Perbankan menyelenggarakan Business Matching & Exploration Session untuk memperkenalkan alternatif solusi modal maupun pendanaan bagi pengusaha dan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Indonesia.

Ketua Umum AFPI sekaligus Co-Founder & CEO Investree Adrian Gunadi mengatakan Business Matching & Exploration Session yang digelar di Nusa Dua, Bali, Rabu, itu merupakan komitmen AFPI dan para pelaku Fintech Pendanaan Bersama untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan digital bagi UMKM, khususnya untuk seluruh jajaran anggota Badan Pengurus Daerah (BPD) Hipmi Area Bali.

"Kami berharap, acara ini mampu menjadi wadah untuk menjawab kebutuhan akses alternatif modal kerja maupun pendanaan. Rata-rata, pendanaan untuk UMKM dalam satu tahun terakhir (sektor produktif) sebesar 57,7 persen dari total jumlah pendanaan per Februari 2022," ujar Adrian dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu.

Business Matching & Exploration Session bertujuan agar AFPI dan para anggotanya dapat memberikan informasi terkait produk Fintech Pendanaan Bersama produktif yang dapat digunakan usahawan dalam pengembangan bisnis.

Kegiatan itu juga diharapkan memberikan edukasi akan persyaratan dalam pengajuan pinjaman. Tak hanya itu saja, kegiatan business matching juga bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang status legalitas perusahaan Fintech Pendanaan Bersama yang berizin, legal dan aman untuk dijadikan mitra.

Sementara itu, Ketua Bidang Keuangan dan Perbankan BPP Hipmi Anggawira mendukung arahan Presiden untuk mendorong pemulihan ekonomi, dengan kolaborasi pendanaan melalui Fintech Pendanaan Bersama, khususnya untuk pengusaha mikro yang tergabung dalam Hipmi Bali.

Saat ini, terdapat 102 penyelenggara Fintech Pendanaan Bersama yang telah berizin OJK dan merupakan anggota AFPI.

"Dalam ekosistem Fintech Pendanaan Bersama terdapat tiga klaster pembiayaan, yaitu produktif, multiguna dan syariah. Data statistik OJK mencatat, industri fintech lending secara konsisten berkontribusi menyalurkan pinjaman kepada pengguna hingga Rp326,35 triliun per Februari 2022," ucap Anggawira.

Acara business matching itu juga menjadi rangkaian acara Presidensi G20 yang juga diselenggarakan serentak secara global.

Tercatat jumlah UMKM di Indonesia mencapai 64,19 juta, di mana komposisi Usaha Mikro dan Kecil (UMK) sangat dominan yakni 64,13 juta atau sekitar 99,92 persen dari keseluruhan sektor usaha.

Tapi, data menyebutkan sekitar 46,6 juta UMKM belum memiliki akses kredit. Hal itu merupakan tantangan sekaligus peluang besar terhadap industri fintech lending untuk mengisi celah kebutuhan kredit tersebut.