Serang (ANTARA News) - Gunung Anak Krakatau (GAK) di Selat Sunda mengeluarkan hembusan sebanyak 22 kali, lebih sedikit dari sebelumnya mencapai 48 kali.

"Seismograf, kemarin mencatat hembusan GAK di Selat Sunda sebanyak 22 kali," kata Kepala Pos Pemantau GAK di Desa Pasauran, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, Anton Tripambudi, Kamis.

Dia menjelaskan, hembusan GAK yang keluar dari perut gunung tersebut sejak ditetapkan statusnya siaga atau level III pada 30 September lalu cenderung menurun.

"Sebelumnya hembusan yang dikeluarkan GAK tidak mencapai angka ratusan. Tapi kemarin (30/11) hanya puluhan saja," ujarnya.

Pihaknya masih meminta warga untuk tidak mendekat pada radius dua kilometer dari lokasi kegempaan, karena masih membahayakan warga.

"Kami masih memberlakukan larangan warga atau turis mendekat ke lokasi kegempaan sampai radius dua kilometer," ujarnya.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) masih menurut Anton, juga meminta warga untuk tetap tenang dan tidak resah dengan adanya peningkatan kegempaan yang terjadi pada GAK.

"Warga diharapkan tetap melakukan aktifitas seperti biasanya, dan nelayan juga tetap melakukan kegiatannya sepanjang tidak melebihi dari batas radius berbahaya yang kami ditetapkan," katanya.

Sementara salah seorang warga Anyer, Helmi menjelaskan, dirinya tidak merasakan kegempaan GAK seperti letusan atau getaran. "Tidak ada tanda-tanda kegempaan dari GAK meningkat, hanya terlihat keluar asap putih atau hitam, sedangkan suara letusan tidak terdengar dari pesisir pantai Anyer," ujarnya. (ANT-152/Z002)