Jakarta (ANTARA) - Deputi Bidang Ekonomi PPN/Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan fokus ekonomi makro pada 2023 diarahkan untuk meningkatkan kapasitas produktivitas perekonomian pada tahun 2023.

“Tingkat produktivitas rendah menjadi sebuah permasalahan yang umumnya ditemui oleh negara berkembang tak terkecuali Indonesia,” kata Deputi Amalia pada acara "Green Economy Indonesia Summit 2022 : The Future Economy of Indonesia" yang disaksikan secara daring di Jakarta, Rabu.

Tingkat produktivitas ekonomi Indonesia, ujarnya, masih lebih rendah dibandingkan negara lain. Selain itu tingkat riset dan inovasi Indonesia juga masih rendah dan di bawah rata-rata global.

Asian Producitivity Organization (APO) Producitivity 2021 Database mencatat factory productivity index Indonesia cenderung menurun sejak 2010 hingga 2019 dan berkisar antara 1-0,85, di bawah Malaysia, Vietnam, Thailand, China dan India.

“Padahal kalau kita lihat korelasi antara productivity dengan PDB per kapita itu positif. Artinya semakin tinggi tingkat produktivitas suatu negara maka akan semakin tinggi juga tingkat kesejahteraan negara tersebut,” ucapnya.

Baca juga: Bappenas: Industri pengolahan akan jadi penggerak ekonomi tahun 2023

Amalia mengatakan kendati ekonomi Indonesia telah menunjukkan pemulihan dari sebagian indikator agregat, tetapi masih ada luka yang belum pulih akibat dampak luka perekonomian yang sebagian besar mengenai sisi produksi.

Hal itu berdampak pada penurunan produktivitas perekonomian, penurunan produktivitas tenaga kerja, dan penurunan produktivitas modal/kapital. Sehingga, tugas besar bangsa adalah menaikkan output potensial agar pertumbuhan tinggi tidak hanya terjadi jangka pendek.

Oleh sebab itu dalam Rencana Kerja Pemerintah 2023, pertumbuhan ekonomi ditargetkan pada kisaran 5,3-5,9 persen. Optimisme tersebut salah satunya berasal dari pertumbuhan ekonomi kuartal I 2022 sebesar 5,01 persen.

“Artinya ini sesuatu yang harus kita jaga momentum pemulihan yang dimulai dari kuartal 4 2021. Prokes tetap harus ada tapi aktivitas perekonomian harus kita jaga terus,” ucap dia.

Pemerintah pun menargetkan sisi produksi terutama industri pengolahan diharapkan mampu tumbuh lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi agar kontribusi dari pertumbuhan industri pengolahan terhadap PDB meningkat.

“Target kita 2022 dan 2023 bisa menembus sekitar 20 persen,” ucap dia.

Baca juga: Kemenperin: Laju industri pengolahan lampaui pertumbuhan ekonomi
Baca juga: BPS: Industri pengolahan jadi sumber tertinggi pertumbuhan ekonomi RI