Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah menetapkan gross utang sebesar Rp296 triliun pada tahun 2012, atau naik tipis dibandingkan utang 2011 yang sebesar Rp268 triliun.

Hal itu diungkapkan Dirjen Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan, Rahmat Waluyanto, pada acara Investor Gathering di Jakarta, Kamis.

"Gross utang pada 2012 terdiri dari SBN, yaitu sekitar Rp240 triliun, pinjaman program sekitar Rp16 triliun, pinjaman proyek sekitar Rp39 triliun, dan pinjaman luar negeri sekitar Rp0,31 triliun," katanya.

Ia menjelaskan bahwa untuk strategi penjualan pada 2012 tidak akan berbeda dari 2011. "Pemerintah masih akan menggunakan strategi untuk `font loading`. Namun penjualannya lebih banyak di awal, walaupun belum akan segera dipergunakan," katanya.

Dalam menerapkan strategi penjualan, katanya, pemerintah masih akan tetap memperhatikan Crisis Management Protocol (CMP), selain tetap melakukan pembelian kembali (buy back) dan "debt switching".

Namun, kata Rahmat, pemerintah akan tetap menjaga stabilisasi pasar di tengah ambang batas ketidakpastian ekonomi global.

Sebelumnya Menteri Keuangan Agus Martowardojo pernah menyampaikan pembayaran utang tahun 2011 ini menyita 13,68 persen dari belanja negara pada 2011.

Besarnya utang pada 2011 ini disebabkan adanya peningkatan utang jatuh tempo. Hal ini sebagai akibat dari semakin sedikitnya sumber pelunasan utang sehingga jumlah utang Indonesia meningkat. Meski demikian, rasio utang terhadap PDB justru menurun.

"Rescheduling dan moratorium tidak bisa dilakukan karena hal ini akan menurunkan peringkat utang Indonesia," tandasnya.

Sementara penurunan peringkat utang akan menurunkan yield obligasi, sehingga ketertarikan investor akan yield obligasi perusahaan di Indonesia akan berkurang.
(KR-SSB)