Pemkab Pasaman Barat lestarikan tradisi "Manjalang" Buya Lubuk Landur
11 Mei 2022 12:12 WIB
Kaum bundo kanduang atau perempuan menjunjung jamba yanh berisi makanan dalam rangka menjalang atau mengunjungi buya Lubuk Landur usai puasa enam yang merupakan tradisi di daerah itu. Foto ANTARA)
Simpang Empat,- (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat melakukan tradisi "Manjalang" atau mengunjungi Buya Lubuk Landur yang terletak di Jorong Lubuk Landur, Nagari Aua Kuning sebagai tradisi mengunjungi surau atau mushalla yang dijadikan tempat pengembangan agama Islam sejak dahulu kala.
Mengunjungi atau dengan istilah Manjalang Buya Lubuk Landua dilakukan seusai puasa enam pada bulan Syawal setelah Idul Fitri setiap tahunnya.
"Tahun ini tradisi ini kembali kita lakukan setelah terputus dua tahun karena dampak pandemi COVID-19," kata Bupati Pasaman Barat, Hamsuardi, Rabu.
Menurutnya tradisi itu dilaksanakan setiap tahunnya dalam rangka menghormati Syeh Lubuk Landur.
Sebab, katanya Jorong Lubuk Landur ini menjadi salah satu pusat pengembangan agama Islam di Pasaman Barat. Sejak Islam masuk ke Nagari Aua Kuniang, boleh dikatakan pusat Islam Pasaman Barat terletak di Jorong Lubuk landur.
Acara adat ini dilaksanakan di Surau (Mushala) Buya Lubuk Landur yang biasanya diadakan pada hari ke enam pasca lebaran. Surau ini didirikan oleh Buya Lubuk Landur yang dimanfaatkan masyarakat selain untuk beribadah sehari-hari juga untuk basuluak pada waktu-waktu tertentu.
Baca juga: Warga Maninjau Agam sambut Idul Fitri dengan tradisi rakik-rakik
Baca juga: Masyarakat Kurai Bukittinggi tetap jaga tradisi "Barayo" saat pandemi
"Tradisi ini terus dijaga dari generasi ke generasi berikutnya di daerah Lubuk Landur," sebutnya.
Kegiatan itu diawali dengan iringan jalan kaki dari Bundo Kanduang (kaum perempuan) yang menjujung jamba atau makanan diikuti oleh bupati, anggota DPRD, Ninik Mamak, KAN, alim ulama unsur masyarakat adat dan pihak terkait lainnya.
Di luar acara tradisi Manjalang Buya Lubuk Landur, banyak masyarakat yang datang untuk memenuhi hajat ke tempat ini. Konon katanya dengan berkunjung ke makam Buya, akan dikabulkan doanya.
Ada juga yang hanya berkunjung untuk berwisata baik dari dalam maupun luar daerah Lubuk Landur.
Dengan adanya tradisi tersebut Bupati Hamsuardi meminta masyarakat terutama anak laki-laki untuk mempersiapkan diri menjadi ninik mamak, sehingga tradisi terus berjalan setiap tahunnya.
"Saya harapkan kegiatan ini terus dijaga dan dilanjutkan dari tahun ke tahun, mengingat untuk mempererat silaturahmi dengan masyarakat Pasaman Barat," harapnya.
Bukan itu saja, katanya, kegiatan keagamaan yang dilakukan di Surau Lubuk Landur juga selaras dengan program pemerintah daerah setempat.
Seperti hafiz Al-Qur'an, mengaji setiap rumah di Pasaman Barat. "Magrib mengaji dan Hafiz Al-Qur'an untuk anak- anak SD dan SMP diharapkan bisa berjalan dengan baik di daerah ini," katanya.
Baca juga: Pasaman Barat pecahkan rekor ma-apam
Baca juga: Gulai sabo siap manjakan lidah pengunjung wisata Pasaman Barat
Mengunjungi atau dengan istilah Manjalang Buya Lubuk Landua dilakukan seusai puasa enam pada bulan Syawal setelah Idul Fitri setiap tahunnya.
"Tahun ini tradisi ini kembali kita lakukan setelah terputus dua tahun karena dampak pandemi COVID-19," kata Bupati Pasaman Barat, Hamsuardi, Rabu.
Menurutnya tradisi itu dilaksanakan setiap tahunnya dalam rangka menghormati Syeh Lubuk Landur.
Sebab, katanya Jorong Lubuk Landur ini menjadi salah satu pusat pengembangan agama Islam di Pasaman Barat. Sejak Islam masuk ke Nagari Aua Kuniang, boleh dikatakan pusat Islam Pasaman Barat terletak di Jorong Lubuk landur.
Acara adat ini dilaksanakan di Surau (Mushala) Buya Lubuk Landur yang biasanya diadakan pada hari ke enam pasca lebaran. Surau ini didirikan oleh Buya Lubuk Landur yang dimanfaatkan masyarakat selain untuk beribadah sehari-hari juga untuk basuluak pada waktu-waktu tertentu.
Baca juga: Warga Maninjau Agam sambut Idul Fitri dengan tradisi rakik-rakik
Baca juga: Masyarakat Kurai Bukittinggi tetap jaga tradisi "Barayo" saat pandemi
"Tradisi ini terus dijaga dari generasi ke generasi berikutnya di daerah Lubuk Landur," sebutnya.
Kegiatan itu diawali dengan iringan jalan kaki dari Bundo Kanduang (kaum perempuan) yang menjujung jamba atau makanan diikuti oleh bupati, anggota DPRD, Ninik Mamak, KAN, alim ulama unsur masyarakat adat dan pihak terkait lainnya.
Di luar acara tradisi Manjalang Buya Lubuk Landur, banyak masyarakat yang datang untuk memenuhi hajat ke tempat ini. Konon katanya dengan berkunjung ke makam Buya, akan dikabulkan doanya.
Ada juga yang hanya berkunjung untuk berwisata baik dari dalam maupun luar daerah Lubuk Landur.
Dengan adanya tradisi tersebut Bupati Hamsuardi meminta masyarakat terutama anak laki-laki untuk mempersiapkan diri menjadi ninik mamak, sehingga tradisi terus berjalan setiap tahunnya.
"Saya harapkan kegiatan ini terus dijaga dan dilanjutkan dari tahun ke tahun, mengingat untuk mempererat silaturahmi dengan masyarakat Pasaman Barat," harapnya.
Bukan itu saja, katanya, kegiatan keagamaan yang dilakukan di Surau Lubuk Landur juga selaras dengan program pemerintah daerah setempat.
Seperti hafiz Al-Qur'an, mengaji setiap rumah di Pasaman Barat. "Magrib mengaji dan Hafiz Al-Qur'an untuk anak- anak SD dan SMP diharapkan bisa berjalan dengan baik di daerah ini," katanya.
Baca juga: Pasaman Barat pecahkan rekor ma-apam
Baca juga: Gulai sabo siap manjakan lidah pengunjung wisata Pasaman Barat
Pewarta: Altas Maulana
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022
Tags: