Baca juga: Jakarta kemarin, Wagub DKI sembuh hingga panen raya anggur
Wilayah Jakarta Timur menjadi penyumbang kasus balita gizi buruk tertinggi sebanyak 1.826 orang, dan penyumbang kedua jumlah terbanyak diikuti oleh wilayah Jakarta Barat sebanyak 1.823 balita, kemudian wilayah Jakarta Pusat sebanyak 989 balita, posisi keempat di Jakarta Utara terdapat 498 balita, dan jumlah terkecil berada di Jakarta Selatan sekitar 108 balita.
Menurut Wibi, faktor terbesar dari kasus penderita gizi buruk adalah kualitas hidup yang rendah, terlebih saat pandemi COVID-19 menyebabkan banyak masyarakat yang terkena pemutusan kerja sehingga berdampak pada ekonomi keluarga.
"Ekonomi keluarga tersebut berdampak pula terhadap pemberian nutrisi kepada anak-anak balita. Sehingga, nutrisi yang kurang diberikan kepada balita ini dampaknya sangat panjang. Hal ini akan mengakibatkan balita di DKI Jakarta rentan terhadap penyakit," ucapnya.
Baca juga: Atasi gizi buruk, Pemkot Jaktim bagikan bantuan bagi balita di Cakung
"Karenanya, kami Fraksi Partai Nasdem DPRD DKI Jakarta mendorong Dinas Kesehatan untuk turun langsung ke masyarakat untuk memberikan pembinaan dan sosialisasi perihal gizi buruk. Selain itu Dinas Kesehatan DKI Jakarta harus memberikan bantuan nutrisi anak di wilayah yang banyak menderita gizi buruk," tuturnya.
Sebelumnya, diberitakan bahwa buah hati dari seorang warga bernama Maman yang berdomisili di Jalan Lingkungan III, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat, dikabarkan terpaksa harus menerima kenyataan melihat anaknya yang setiap hari mengalami perubahan bentuk fisik menjadi kurus.
Maman mengaku tidak mengetahui penyebab yang dialami oleh anaknya, karena sejak usia 1,5 tahun "si buah hati" tak mau makan seperti anak pada umumnya.
Lelaki 39 tahun itu menjelaskan awal mula anaknya kurang gizi karena jatuh dan selama dua bulan tak mau makan.
Baca juga: Jakarta Timur berkomitmen tanggulangi anak kurang gizi