Wayang onthel kreasi baru seni pewayangan
30 November 2011 23:57 WIB
Wayang Onthel Pencipta sekaligus Dalang Wayang Onthel (wayang yang dibuat menggunakan onderdil bekas sepeda Onthel) Andre Topo, mementaskan pagelaran Wayang Onthel dengan lakon Tiga Sambikala di trotoar jalan Pemuda Kota Magelang, Jawa Tengah, Rabu (30/11) malam. Pementasan Wayang Onthel dengan iringan gamelan dari komunitas sepeda kuno Magelang tersebut menceritakan kehidupan penggemar sepeda Onthel yang syarat dengan pesan moral seperti kampanye anti Narkoba dan cinta lingkungan. (FOTO ANTARA/Anis Efizudin)
Magelang (ANTARA News) - Wayang onthel karya para seniman muda Kota Magelang merupakan kreasi baru seni pewayangan dengan bahan berasal dari onderdil sepeda kuno.
Sutradara yang juga dalang wayang onthel Andri Topo di Magelang, Rabu malam, mengatakan, wayang onthel merupakan suatu bentuk apresiasi terhadap wayang dengan bentuk properti wayang bukan seperti pada umumnya, dengan bentuk dan bahan berasal dari onderdil sepeda kuno.
Musik pengiring terdiri atas perpaduan antara gamelan yakni kendang, saron, demung, dan gong dengan alat yang dibuat dari onderdil atau peralatan sepeda antara lain kunci ring, kunci pas, bel sepeda, dan jeruji.
Ia mengatakan hal itu usai pentas wayang kreasi baru it di bekas jalur lambat Jalan Pemuda Kota Magelang dengan tema "Wayang Onthel on the Ex Bike Street".
Kombinasi alat musik tersebut menghasilkan alunan nada yang terdengar unik dan menarik.
Menurut dia, pentas wayang onthel bertujuan menyampaikan pesan moral atau layanan masyarakat yang bersifat edukasi dengan cara menghibur dan mudah dimengerti audiens.
Wayang onthel dari komunitas Old Bikers VOC Magelang itu pernah tampil pada Kongres Sepeda Indonesia pada 16-17 Juli 2010 di Jakarta.
Pada pentas di kawasan Pecinan dengan judul "Tiga Sambikala" tersebut didukung oleh 20 personel dengan menyuguhkan beberapa lagu gubahan antara lain Wayang Onthel, Goyang Jakarta, Rewel, Ayo Bersepeda, Ilir-Ilir, dan Sayonara.
Wayang Onthel merupakan gubahan dari lagu Betawi berjudul Ondel-Ondel. Lagu Prau Layar digubah menjadi Ayo Bersepeda. Lagu-lagu daerah tersebut digubah dengan diganti liriknya menjadi lagu yang bertema tentang dunia sepeda.
Ia mengatakan, pentas "Wayang Onthel on the Ex Bike Steet" itu sebagai bentuk kepedulian dan keprihatinan terhadap hilangnya jalur lambat di sepanjang Jalan Pemuda Magelang.
(U.H018/M029)
Sutradara yang juga dalang wayang onthel Andri Topo di Magelang, Rabu malam, mengatakan, wayang onthel merupakan suatu bentuk apresiasi terhadap wayang dengan bentuk properti wayang bukan seperti pada umumnya, dengan bentuk dan bahan berasal dari onderdil sepeda kuno.
Musik pengiring terdiri atas perpaduan antara gamelan yakni kendang, saron, demung, dan gong dengan alat yang dibuat dari onderdil atau peralatan sepeda antara lain kunci ring, kunci pas, bel sepeda, dan jeruji.
Ia mengatakan hal itu usai pentas wayang kreasi baru it di bekas jalur lambat Jalan Pemuda Kota Magelang dengan tema "Wayang Onthel on the Ex Bike Street".
Kombinasi alat musik tersebut menghasilkan alunan nada yang terdengar unik dan menarik.
Menurut dia, pentas wayang onthel bertujuan menyampaikan pesan moral atau layanan masyarakat yang bersifat edukasi dengan cara menghibur dan mudah dimengerti audiens.
Wayang onthel dari komunitas Old Bikers VOC Magelang itu pernah tampil pada Kongres Sepeda Indonesia pada 16-17 Juli 2010 di Jakarta.
Pada pentas di kawasan Pecinan dengan judul "Tiga Sambikala" tersebut didukung oleh 20 personel dengan menyuguhkan beberapa lagu gubahan antara lain Wayang Onthel, Goyang Jakarta, Rewel, Ayo Bersepeda, Ilir-Ilir, dan Sayonara.
Wayang Onthel merupakan gubahan dari lagu Betawi berjudul Ondel-Ondel. Lagu Prau Layar digubah menjadi Ayo Bersepeda. Lagu-lagu daerah tersebut digubah dengan diganti liriknya menjadi lagu yang bertema tentang dunia sepeda.
Ia mengatakan, pentas "Wayang Onthel on the Ex Bike Steet" itu sebagai bentuk kepedulian dan keprihatinan terhadap hilangnya jalur lambat di sepanjang Jalan Pemuda Magelang.
(U.H018/M029)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011
Tags: