Singapura (ANTARA) - Impor minyak mentah China naik hampir 7,0 persen pada April dari bulan yang sama tahun sebelumnya, kenaikan pertama dalam tiga bulan, meskipun melemahnya permintaan bahan bakar (BBM) karena penguncian COVID-19 telah mengurangi produksi di kilang-kilang China.

Pembeli minyak mentah utama dunia mengimpor 43,03 juta ton bulan lalu, data dari Administrasi Umum Bea Cukai China menunjukkan pada Senin, setara dengan 10,5 juta barel per hari (bph).

Itu dibandingkan dengan 9,82 juta barel per hari pada April 2021 dan 10,06 juta barel per hari pada Maret.

Impor untuk Januari-April turun 4,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi 170,89 juta ton, atau sekitar 10,4 juta barel per hari.

Throughput kilang bulan lalu diperkirakan turun sekitar 6,0 persen. Penurunan sebesar itu belum terlihat sejak masa-masa awal pandemi COVID-19.

Pengilangan terkemuka Sinopec Corp mengatakan bahwa sejak paruh kedua Maret telah menurunkan tingkat operasional menjadi sekitar 85 persen dari kapasitas dibandingkan 92,6 persen pada awal tahun, setelah persediaan meningkat di tengah pembatasan COVID-19.

Ekspor produk minyak olahan berada di 3,82 juta ton untuk April, turun 44 persen dari bulan yang sama tahun lalu dan dibandingkan 4,07 juta ton di Maret.

Namun demikian, ekspor masih lebih tinggi dari yang diperkirakan karena penyulingan bergegas untuk mengurangi tingkat stok yang membengkak di tengah melemahnya permintaan bahan bakar domestik. Perusahaan sebelumnya didesak untuk mempertimbangkan menangguhkan penjualan luar negeri pada April.

Ekspor bahan bakar untuk empat bulan pertama turun 38 persen secara tahunan, sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk mengekang produksi kilang yang berlebihan di dalam negeri.

Impor gas alam bulan lalu mencapai 8,09 juta ton, turun dari 10,15 juta ton pada April tahun lalu. Impor untuk periode Januari-April turun 8,9 persen pada tahun tersebut menjadi 35,87 juta ton.

Pelacakan kapal tanker refinitiv menunjukkan impor LNG bulan lalu mencapai 4,7 juta ton versus 4,63 juta ton pada Maret, turun tajam dari 6,73 juta ton tahun sebelumnya, karena harga spot yang tinggi terus menghalangi pembelian.

(1 ton = 7,3 barel untuk konversi minyak mentah)

Baca juga: Harga minyak jatuh, pasar khawatir permintaan dan embargo minyak Rusia
Baca juga: Dolar naik ke puncak 2 dekade, investor buru mata uang aman
Baca juga: Saham Asia merosot, saat "lockdown" di China picu kekhawatiran global