Klaten (ANTARA News) - Para perajin kain dengan alat tenun bukan mesin (ATBM) di Klaten, Jawa Tengah, kini mengembangkan produk lurik berbahan sutera, setelah sukses memroduksi menggunakan katun.

Mukardani, salah satu perajin lurik sutera di Desa Kebondalem, Kecamatan Prambanan, Sabtu, mengatakan saat ini lurik berbahan sutera banyak dicari konsumen, sehingga hampir semua perajin lurik di daerah ini mulai merambah produksi lurik dengan menggunakan bahan tersebut.

"Kain sutera selain nyaman dikenakan, juga memberi kesan mahal, namun tak sedikit pula konsumen yang mencarinya, sehingga peluang pasar bagi lurik sutera ke depan selalu menjanjikan," katanya.

Dikatakannya, bahan dasar dan proses pembuatan lurik sutera asli Klaten ini terbilang mahal dan rumit, sehingga harga kain lurik berbahan sutera pun jauh lebih mahal dibanding lurik berbahan katun.

"Harganya bisa mencapai empat kali lipat dari lurik katun. Jika lurik katun biasanya paling murah Rp50.000 per meter, lurik sutera harga paling murah Rp300.000 meter," katanya.

Agus, perajin lainnya, mengatakan bahwa pembuatan lurik sutera yang sangat rumit membuat harga jualnya mahal, terlebih, bahan baku berupa kepompong belum bisa didapat di Klaten, melainkan harus mendatangkan dari Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, dan Gunung Kidul, Yogyakarta.

"Proses pembuatan memerlukan waktu lebih lama karena produksinya dimulai dari pembuatan benang suteranya terlebih dulu. Untuk memperoleh satu ons benang sutera saja dibutuhkan waktu lima hari," katanya.

Lamanya pembuatan kain sutera tersebut karena kapas yang berasal dari serat kepompong harus dipintal dan dikording sebelum menjadi benang.

"Setelah menjadi benang, barulah bisa ditenun menjadi kain lurik berbagai motif dengan menggunakan alat tenun bukan mesin," ujarnya.

Para perajin lurik sutera di Kecamatan Prambanan ini bekerjasama dengan para perajin lurik hasil produksi alat tenun bukan mesin di Kecamatan Cawas.

Selain mulai banjir permintaan dari masyarakat Klaten, kata Agus, kerajinan lurik sutera juga mulai dilirik konsumen dari luar daerah seperti Bali dan Sumatera.

Para perajin lurik berbahan sutera ini optimis produk inovasi baru dari kain tradisional khas Kabupaten Klaten ini akan berkembang pesat, seperti yang telah dialami pada lurik katun yang kini menjadi kerajinan kain favorit selain batik. (*)