Simpang Empat,- (ANTARA) - Tradisi manjalang (mengunjungi) pucuk adat saat Idul Fitri terus dipertahankan di Kecamatan Talamau Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat dengan tujuan mempererat silaturahmi dan mendengarkan pituah dari Pucuk Adat Kabuntaran Talu Jhonni Tuanku Bosa ke XV.

Tuanku Bosa XV Talu Jhonni usai menggelar acara manjalang, Jumat mengatakan manjalang Tuanku atau mengunjungi sembari bersilaturahmi ini merupakan budaya tradisi masyarakat Talu yang turun temurun dilaksanakan setiap hari raya Idul Fitri.

Pemangku adat datuk masing-masing kampung membawa rombongan terdiri dari alim ulama, cadiak pandai anak cucu kemenakan berserta bundo kandung datang ke Rumah Gadang Talu.

"Selamat Hari Raya Idul Fitri mohon maaf lahir dan batin. Semoga amal ibadah kita di bulan Ramadhan 1443 lalu menjadi amalan terbaik disisi Allah SWT," katanya.

Di hadapan belasan ninik mamak, ia mengajak agar meningkatkan silaturahmi bersama anak cucu kemenakan untuk mengajak memperkuat "Adat basanda Syara' Syara' Basandi Kitabullah".

Baca juga: Tradisi Manjalang Mintuo jelang Ramadhan masih bertahan di Dharmasraya

Baca juga: Warga Maninjau Agam sambut Idul Fitri dengan tradisi rakik-rakik


"Artinya mari perkuat pengamalan adat dan Islam dalam masyarakat kita ini," ajaknya.

Tuanku Bosa juga mengatakan bagi warga Talamau yang masih berduka tertimpa gempa agar tetap bersabar dan tetap semangat. Menurutnya masih banyak warga Talamau di Simpang Tiimbo Abu, Kajai yang masih tinggal di tenda maupun hunian sementara (huntara).

"Saya mengajak kita semua di Nagari Talu dan di perantaian ikut membantu meringankan beban masyarakat yang terdampak gempa," ajaknya.

Selain itu Tuanku Bosa juga mengingatkan agar semua warga mewaspadai peredaran narkoba yang sudah sangat meresahkan.

"Pantau anak dan kemenakan kita semua. Jauhi dari pengaruh narkoba dan pergaulan bebas. Mereka merupakan generasi bangsa ke depannya," katanya.

Pada kesempatan itu juga diadakan makan bajamba atau juga disebut makan barapak adalah tradisi makan dengan cara duduk bersama-sama di dalam suatu ruangan di rumah gadang Koto Dalam Talu.

Baca juga: Masyarakat Kurai Bukittinggi tetap jaga tradisi "Barayo" saat pandemi

Baca juga: Sekura tradisi turun-temurun di Lampung Barat pada bulan Syawal