Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar mata uang rupiah pada Jumat sore melemah 110 poin seiring dengan penurunan mata uang Asia lainnya akibat krisis utang Uni Eropa (UE) yang belum kondusif.

Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar AS antarBank Jakarta pada Jumat sore bergerak turun 110 poin ke posisi 9.090 dibanding hari sebelumnya 8.980.

Analis pasar uang dari Bank Hinpunan Saudara, Rully Nova, mengatakan, obligasi Jerman yang kurang diminati investor mengindikasikan bahwa krisis utang di Eropa memburuk sehingga menekan pasar keuangan dunia.

"Penyerapan obligasi Indonesia saja lebih tinggi dibanding Jerman. Kondisi itu menunjukkan krisis di pasar utang disana cukup buruk," kata dia.

Ia mengatakan, dana ekspansi Indonesia banyak yang datang dari Eropa, dengan kondisi eropa yang tidak kondusif itu menimbulkan efek negatif bagi rupiah.

"Asing banyak yang keluar sehingga menekan rupiah, namun demikian masih ada pelaku pasar lokal yang masih aktif di pasar sehingga menahan pelemahan rupiah lebih dalam," katanya.

Apalagi, lanjut dia, Bank Indonesia juga berkomitmen menjaga rupiah agar tetap berada pada level yang aman.

"BI masih menjaga rupiah, pelemahan rupiah masih dalam kondisi kisaran sempit," kata dia.

Analis Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih menambahkan, Kanselir Jerman Angela Merkel kembali menolak usulan bank sentral Uni Eropa (ECB) untuk membentuk obligasi tunggal euro yang disebut sebagai eurobond.

"Jerman menginginkan fokus penyelesaian krisis utang Uni Eropa melalui konsolidasi kebijakan ekonomi," kata dia.

Ia mengatakan, kegagalan lelang Jerman untuk mendapatkan 35 persen dari penawaran merupakan indikasi memburuknya sentimen investor terhadap krisis utang di UE itu.

"Akibat kegagalan tersebut, negara-negara UE harus membayar biaya peminjaman yang lebih tinggi," kata dia.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada, Jumat (25/11) tercatat mata uang rupiah bergerak naik ke posisi Rp9.005 dibanding sebelumnya Rp9.098 per dolar AS.

(KR-ZMF/B012)