Semarang (ANTARA News) - Pengenalan batik secara kultural lebih efektif di samping melalui bisnis, kata Ketua Peguyuban "Kampoeng Batik" Semarang Tri Utomo.
"Pengenalan secara kultur misalnya batik dipakai oleh para tokoh-tokoh nasional dan internasional pada momentum tertentu," katanya di Semarang, Kamis.
Ia mencontohkan, Presiden Amerika Serikat Barack Obama yang mengenakan batik saat kunjungannya ke Indonesia beberapa waktu lalu, tentunya hal itu memberi kontribusi positif, terutama mengenalkan batik secara luas.
Sosok atau tokoh penting dunia yang tampil mengenakan batik sebagai pilihan busananya, katanya, bisa menjadi sentra mode.
Sebab, kata dia, tidak menutup kemungkinan akan menjadi tren mode dunia dengan memilih batik sebagai busana resmi pada berbagai pertemuan pemimpin dunia.
Apalagi, katanya, UNESCO sudah menerapkan batik sebagai warisan budaya Indonesia.
Citra batik yang terangkat, katanya, secara tidak langsung dapat memotivasi masyarakat untuk menghargai kebudayaan lokal, kemudian tumbuh kecintaan untuk melestarikannya.
Menurut dia, masyarakat saat ini sudah sedemikian cerdas dalam memilih batik, sebab tak lagi mementingkan harga, melainkan lebih menghargai kualitas produk batik yang dipasarkan.
"Meski harganya (batik, red.) mahal, masyarakat tetap saja mencari, asal kualitasnya bagus," katanya.
Ia menjelaskan, kecenderungan masyarakat memang memiliki gengsi tinggi sehingga memilih batik yang punya ciri khas tersendiri, tidak mau model dan motifnya sama dengan batik yang dipakai orang lain.
Ia mengakui bahwa masyarakat memang masih mempersepsikan batik sebagai busana pada acara resmi sehingga mereka hanya mengenakan batik pada acara-acara bersifat formal.
"Padahal, batik sebenarnya fleksibel. Apalagi sekarang sudah banyak ragam model batik, mulai batik sebagai pakaian santai sehari-hari sampai baju tidur bermotif batik," kata Tri.
(U.KR-ZLS/M029)
Pengenalan batik secara kultural lebih efektif
24 November 2011 22:21 WIB
Presiden Amerika Serikat, Barack Obama (FOTO ANTARA)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011
Tags: