Limbong minta maaf dan bertanggung jawab
22 November 2011 16:07 WIB
Ribuan suporter Tim Nasional Indonesia antri membeli tiket final Sepak Bola SEA Games XXVI di Gelora Bung Karno, Jakarta Selatan, Senin (21/11). Banyak sekali suporter yang tidak kebagian tiket, padahal daya tampung stadion sudah 120.000 tempat duduk. Antrian tiket sejak pagi tersebut akhirnya kacau setelah beberapa suporter yang kecewa tidak mendapat tiket mengarah kepada tindakan tidak terpuji. (FOTO ANTARA/ Marifka Wahyu Hidayat)
Jakarta (ANTARA News) - Di luar kepemimpinan wasit asal Jepang yang terlalu permisif, kekalahan Tim Nasional U-23 dengan skor akhir 3-4 di final Sea Games 2011 di Stadion Gelora Bung Karno, Senin malam (21/11), masih menyisakan beberapa hal.
Salah satunya pernyataan penting Penanggung Jawab Tim Nasional U-23, Bernard Limbong, "Saya bertanggungjawab dengan kegagalan Timnas menjadi juara, Kami mohon maaf kepada masyarakat, dan ini mungkin hanya faktor keberuntungan yang belum berpihak kepada kita."
Limbong yang juga brigadir jenderal TNI-AD itu cuma menyatakkan kedua hal itu kepada pers.
Secara kualitas, materi pemain Indonesia berada pada puncak yang sangat memadai untuk menjadi juara setelah terakhir kali gelar itu diraih pada 1991. Selama pertandingan yang ditonton langsung 120.000 orang di stadion terbesar di Asia Timur dan Asia Tenggara itu, tercatat satu gol dalam posisi off-side tercipta dari Indonesia dan satu lagi pada Malaysia.
Tim Nasional U-23 telah berusaha mati-matian dan dengan penuh perjuangan, bahkan sampai detik terakhir wasit menyatakan babak perpanjangan kedua berakhir.
Pada babak paling akhir itu, pemain Malaysia mendorong secara sengaja pemain Indonesia di kotak pinalti, namun wasit tidak mengindahkan kenyataan yang diatur dalam tata tertib pertandingan.
Siapapun tahu, tindakan sengaja menjatuhkan, menjegal, memotong jalur lawan di kotak pinalti merupakan pelanggaran berat. Ganjarannya cuma satu: hadiah tendangan 12 meter pas ke gawang lawan penjegal itu, alias head to head eksekutor dengan penjaga gawang.
Karena kegagahberaniannya itulah. kata Limbong, para pemain akan menerima bonus khusus dari PSSI, tetapi ia tak mau menyebutkan jumlah total.
"Soal berapa jumlahnya off the record. Tapi kita akan mempertimbangkan acuan bonus dari pemerintah yang katanya memberikan bonus Rp100 juta untuk peraih perak, dan Rp200 juta untuk peraih medali emas. Ya tentu kita akan mengacu ke sana," ujarnya.
Mengenai pemain yang berhak mendapatkan bonus, Limbong menyatakan semuanya akan diatur dan diserahkan kepada ofisial Timnas U-23.
Sesuai ketetapan semula, PSSI tidak membubarkan 27 pemain U-23 meski yang tampil ke SEA Games adalah 20 orang sesuai ketentuan dari INASOC.
"Semuanya kami serahkan kepada manajemen tim. Timnas U-23 juga akan dipertahankan untuk menghadapi gelaran-gelaran berikutnya. Yang pasti nanti malam akan diadakan acara selamatan di Jenggala," ujarnya. Jenggala yang dimaksud adalah rumah pengusaha kakap pecinta sepakbola Indonesia, Arifin Panigoro.
Sesuai catatan, penyelenggaraan acara selamatan pernah dilakukan oleh kepengurusan PSSI sebelumnya ketika Timnas mencapai final Turnamen Piala AFF pada Desember 2010.
Ketika itu, berkumpulnya para pemain yang diundang ke rumah kediaman Aburizal Bakrie menuai protes dari pihak lain karena dipandang telah mempolitisasi tim sepakbola. Olahraga adalah olahraga, politik adalah politik. (*)
Salah satunya pernyataan penting Penanggung Jawab Tim Nasional U-23, Bernard Limbong, "Saya bertanggungjawab dengan kegagalan Timnas menjadi juara, Kami mohon maaf kepada masyarakat, dan ini mungkin hanya faktor keberuntungan yang belum berpihak kepada kita."
Limbong yang juga brigadir jenderal TNI-AD itu cuma menyatakkan kedua hal itu kepada pers.
Secara kualitas, materi pemain Indonesia berada pada puncak yang sangat memadai untuk menjadi juara setelah terakhir kali gelar itu diraih pada 1991. Selama pertandingan yang ditonton langsung 120.000 orang di stadion terbesar di Asia Timur dan Asia Tenggara itu, tercatat satu gol dalam posisi off-side tercipta dari Indonesia dan satu lagi pada Malaysia.
Tim Nasional U-23 telah berusaha mati-matian dan dengan penuh perjuangan, bahkan sampai detik terakhir wasit menyatakan babak perpanjangan kedua berakhir.
Pada babak paling akhir itu, pemain Malaysia mendorong secara sengaja pemain Indonesia di kotak pinalti, namun wasit tidak mengindahkan kenyataan yang diatur dalam tata tertib pertandingan.
Siapapun tahu, tindakan sengaja menjatuhkan, menjegal, memotong jalur lawan di kotak pinalti merupakan pelanggaran berat. Ganjarannya cuma satu: hadiah tendangan 12 meter pas ke gawang lawan penjegal itu, alias head to head eksekutor dengan penjaga gawang.
Karena kegagahberaniannya itulah. kata Limbong, para pemain akan menerima bonus khusus dari PSSI, tetapi ia tak mau menyebutkan jumlah total.
"Soal berapa jumlahnya off the record. Tapi kita akan mempertimbangkan acuan bonus dari pemerintah yang katanya memberikan bonus Rp100 juta untuk peraih perak, dan Rp200 juta untuk peraih medali emas. Ya tentu kita akan mengacu ke sana," ujarnya.
Mengenai pemain yang berhak mendapatkan bonus, Limbong menyatakan semuanya akan diatur dan diserahkan kepada ofisial Timnas U-23.
Sesuai ketetapan semula, PSSI tidak membubarkan 27 pemain U-23 meski yang tampil ke SEA Games adalah 20 orang sesuai ketentuan dari INASOC.
"Semuanya kami serahkan kepada manajemen tim. Timnas U-23 juga akan dipertahankan untuk menghadapi gelaran-gelaran berikutnya. Yang pasti nanti malam akan diadakan acara selamatan di Jenggala," ujarnya. Jenggala yang dimaksud adalah rumah pengusaha kakap pecinta sepakbola Indonesia, Arifin Panigoro.
Sesuai catatan, penyelenggaraan acara selamatan pernah dilakukan oleh kepengurusan PSSI sebelumnya ketika Timnas mencapai final Turnamen Piala AFF pada Desember 2010.
Ketika itu, berkumpulnya para pemain yang diundang ke rumah kediaman Aburizal Bakrie menuai protes dari pihak lain karena dipandang telah mempolitisasi tim sepakbola. Olahraga adalah olahraga, politik adalah politik. (*)
Pewarta: Ade P Marboen
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011
Tags: