Jakarta (ANTARA News) - Pelaku pasar keuangan dalam negeri yang didominasi asing menjadi salah satu sentimen negatif bagi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), sehingga pergerakkannya masih tertekan di awal pekan ini.
Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antar bank Jakarta pada Senin sore bergerak turun 10 poin ke posisi Rp9.025 dibanding hari sebelumnya Rp9.015.
"Pasar keuangan kita didominasi oleh investor asing, kondisi di eropa yang belum kondusif cenderung membuat pelaku pasar asing mengamankan dananya dalam bentuk dolar AS untuk menjaga nilai, sehingga memicu nilai tukar rupiah tertekan," kata analis pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova, di Jakarta, Senin.
Ia menambahkan, meski kondisi ekonomi Indonesia berfundamental positif seiring dengan kabar naiknya peringkat investasi dalam negeri menjadi tempat yang layak untuk berinvestasi (investment grade) pada 2012, hal itu masih diabaikan pelaku pasar.
"Kabar positif ekonomi dalam negeri masih diabaikan pelaku pasar, mereka masih fokus terhadap kondisi Eropa yang belum ada kepastian terhadap penanganan krisis utangnya, ditambah lagi dengan unsur politik yang memanas sehingga dapat mempengaruhi penanganan krisis di sana," katanya.
Ia mengemukakan, dana asing yang keluar (capital outflow) secara bertahap juga menjadi pemicu rupiah melemah terhadap dolar AS.
"Saat terjadi capital inflow sebelum September lalu, rupiah mempunyai tren penguatan, namun setelah adanya kabar dari Eropa yang terjadi gagal bayar utang pada Yunani dan merembet ke negara sekitar memicu capital outflow, sehingga rupiah melemah terhadap dolar AS," kata dia.
Meski demikian, kata dia, rupiah masih akan tetap terjaga di bawah tingkat Rp9.100 per dolar AS dipicu dari Bank Indonesia yang berkomitmen untuk menahan agar tidak terkoreksi terlalu dalam.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Senin tercatat mata uang rupiah melemah terhadap dolar AS menjadi Rp9.070 dibanding pada hari sebelumnya Rp9.055.
(T.KR-ZMF/A026)
Rupiah di awal pekan masih tertekan
21 November 2011 19:17 WIB
(ANTARA/Rosa Panggabean)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011
Tags: