Telaah
Idul Fitri, puncak ibadah yang menyatukan dan menguatkan
1 Mei 2022 14:18 WIB
Pedagang musiman mengikat bungkus ketupat untuk dijual di pasar krempyeng atau pasar tumpah pinggir jalan di Penggaron, Semarang, Jawa Tengah, Minggu (1/5/2022). Menjelang Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriah, sejumlah pasar tradisional maupun pasar tumpah pinggir jalan di Kota Semarang dipadati pedagang musiman yang berjualan bungkus ketupat seharga Rp10 ribu - Rp15 ribu per ikat (isi 10) tergantung ukuran. ANTARA FOTO/Aji Styawan/wsj.
Jakarta (ANTARA) - Bersama komunitas Muslim di seluruh dunia, umat Islam Indonesia mulai menyongsong dan segera merayakan Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1443 Hijriah.
Sebagai keutamaan yang mempersatukan, Idul Fitri menjadi puncak ibadah puasa bulan suci Ramadhan. Dihayati sebagai Hari Kemenangan, Idul Fitri pun menghadirkan kebahagiaan karena menjadi momen berkumpul dengan keluarga dan kerabat.
Rangkaian kegiatan menuju perayaan Idul Fitri hingga tradisi mudik adalah puncak kebersamaan yang mempersatukan. Kebersamaan dan persatuan itu sudah terwujud sejak umat bersama-sama mengawali puasa Ramadhan. Umat melaksanakan Shalat Tarawih bersama, tadarus bersama, dan melaksanakan kegiatan ibadah lainnya pun bersama-sama.
Menguatnya kebersamaan dan persatuan itu terus berproses saat masyarakat melakukan kegiatan amal, dan juga saat perjalanan mudik menuju kampung halaman untuk bertemu sanak saudara. Semuanya terukir indah karena umat fokus menyongsong Hari Kemenangan.
Semua kegiatan amal yang dilaksanakan selama bulan suci Ramadhan dan Idul Fitri selalu bersifat kolektif. Dari kegiatan amal itu, tercermin sifat gotong royong umat. Bulan suci Ramadhan selalu memunculkan semangat dan keinginan untuk saling membantu guna mewujudkan semua amaliah. Mereka yang berlebih membantu yang miskin, yang berpunya membantu yang fakir.
Ada amal jariah, sedekah dan zakat yang semuanya menunjukkan semangat kepedulian dan membantu sesama yang membutuhkan. Praktik kegiatan amal ini juga dibungkus dengan kearifan lokal. Tujuan utamanya adalah semua orang bisa merayakan Idul Fitri dengan gembira, suka cita, dan terbebas dari urusan-urusan yang memberatkan.
Itu sebabnya, bulan suci Ramadhan dipahami dan dimaknai sebagai bulan penuh berkah. Sebab, pada momentum itulah terwujud kesatuan dan persatuan untuk membantu mereka yang lemah. Terlebih, kepedulian terhadap sesama diwujudkan dengan ketulusan bergotong royong sebagai roh pelaksanaan puasa Ramadhan menuju hari yang fitri. Sesama umat Islam sesungguhnya bersaudara dalam iman, dan bersaudara dalam kemanusiaan dengan umat non Muslim.
Umat paham bahwa esensi lain dari Idul Fitri adalah kemauan untuk peduli. Karakter peduli, yang sejatinya sudah menjadi karakter bangsa, hendaknya kembali digelorakan pada saat datangnya Idul Fitri. Mereka yang berlebih berbagi melalui infak, sedekah dan zakat.
Siapa pun didorong untuk menjadi pribadi yang tulus dalam berbagi. Tak harus banyak, karena nilai bukan yang utama melainkan ketulusan. Berbagi dan memberi kepada sesama yang lemah adalah wujud ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Kuasa.
Sepanjang dua pekan terakhir, sudah puluhan juta masyarakat Indonesia yang melakukan perjalanan mudik menuju kampung halaman. Pemerintah pun telah berupaya memfasilitasi agar mudik tahun ini berjalan lancar, aman, dan membahagiakan.
Sebagai rutinitas tahunan di penghujung puasa Ramadhan, Pemerintah tentu memiliki banyak pengalaman. Dari pengalaman itu, pelayanan Pemerintah terhadap masyarakat yang mudik Lebaran semakin membaik. Baik dari sisi infrastruktur jalan, regulasi, maupun pelayanan petugas di lapangan yang menjadi tolok ukur keberhasilan penyelenggaraan mudik Lebaran.
Setelah dua tahun tak mengizinkan mudik Lebaran karena faktor pandemi COVID-19, tahun ini Pemerintah membolehkan masyarakat mudik dengan berbagai persyaratan karena masih adanya ancaman dari pandemi COVID-19. Pemerintah pun telah menetapkan Hari Libur Nasional Idul Fitri pada 2-3 Mei 2022, sedangkan cuti bersama Lebaran 2022 akan berlangsung selama empat hari, 29 April dan 4-6 Mei 2022.
Dengan kebijakan membolehkan mudik, Pemerintah berkewajiban mengawal para pemudik agar bisa sampai ke tempat tujuan dengan selamat. Presiden Joko Widodo bahkan sudah mengingatkan semua jajaran Pemerintah agar mengelola pelaksanaan mudik 2022 dengan tepat dan ketat, untuk menghindari risiko yang tidak diinginkan.
Selain itu, Presiden juga mengingatkan jajaran kabinetnya untuk memperhatikan ketersediaan pangan dan bahan bakar minyak (BBM) menjelang mudik Lebaran dan Idul Fitri tahun ini.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1443 H. Mohon Maaf Lahir Batin.
*) Bambang Soesatyo, Ketua MPR RI/Kandidat Doktor Ilmu Hukum Unpad/Dosen Fakultas Hukun, Ilmu Sosial & Ilmu Politik (FHISIP) Universitas Terbuka
Baca juga: Menakar lonjakan COVID-19 pasca-Lebaran 2022
Baca juga: Warga Ponpes Mahfilud Duror Jatim rayakan Lebaran 2022 lebih awal
Sebagai keutamaan yang mempersatukan, Idul Fitri menjadi puncak ibadah puasa bulan suci Ramadhan. Dihayati sebagai Hari Kemenangan, Idul Fitri pun menghadirkan kebahagiaan karena menjadi momen berkumpul dengan keluarga dan kerabat.
Rangkaian kegiatan menuju perayaan Idul Fitri hingga tradisi mudik adalah puncak kebersamaan yang mempersatukan. Kebersamaan dan persatuan itu sudah terwujud sejak umat bersama-sama mengawali puasa Ramadhan. Umat melaksanakan Shalat Tarawih bersama, tadarus bersama, dan melaksanakan kegiatan ibadah lainnya pun bersama-sama.
Menguatnya kebersamaan dan persatuan itu terus berproses saat masyarakat melakukan kegiatan amal, dan juga saat perjalanan mudik menuju kampung halaman untuk bertemu sanak saudara. Semuanya terukir indah karena umat fokus menyongsong Hari Kemenangan.
Semua kegiatan amal yang dilaksanakan selama bulan suci Ramadhan dan Idul Fitri selalu bersifat kolektif. Dari kegiatan amal itu, tercermin sifat gotong royong umat. Bulan suci Ramadhan selalu memunculkan semangat dan keinginan untuk saling membantu guna mewujudkan semua amaliah. Mereka yang berlebih membantu yang miskin, yang berpunya membantu yang fakir.
Ada amal jariah, sedekah dan zakat yang semuanya menunjukkan semangat kepedulian dan membantu sesama yang membutuhkan. Praktik kegiatan amal ini juga dibungkus dengan kearifan lokal. Tujuan utamanya adalah semua orang bisa merayakan Idul Fitri dengan gembira, suka cita, dan terbebas dari urusan-urusan yang memberatkan.
Itu sebabnya, bulan suci Ramadhan dipahami dan dimaknai sebagai bulan penuh berkah. Sebab, pada momentum itulah terwujud kesatuan dan persatuan untuk membantu mereka yang lemah. Terlebih, kepedulian terhadap sesama diwujudkan dengan ketulusan bergotong royong sebagai roh pelaksanaan puasa Ramadhan menuju hari yang fitri. Sesama umat Islam sesungguhnya bersaudara dalam iman, dan bersaudara dalam kemanusiaan dengan umat non Muslim.
Umat paham bahwa esensi lain dari Idul Fitri adalah kemauan untuk peduli. Karakter peduli, yang sejatinya sudah menjadi karakter bangsa, hendaknya kembali digelorakan pada saat datangnya Idul Fitri. Mereka yang berlebih berbagi melalui infak, sedekah dan zakat.
Siapa pun didorong untuk menjadi pribadi yang tulus dalam berbagi. Tak harus banyak, karena nilai bukan yang utama melainkan ketulusan. Berbagi dan memberi kepada sesama yang lemah adalah wujud ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Kuasa.
Sepanjang dua pekan terakhir, sudah puluhan juta masyarakat Indonesia yang melakukan perjalanan mudik menuju kampung halaman. Pemerintah pun telah berupaya memfasilitasi agar mudik tahun ini berjalan lancar, aman, dan membahagiakan.
Sebagai rutinitas tahunan di penghujung puasa Ramadhan, Pemerintah tentu memiliki banyak pengalaman. Dari pengalaman itu, pelayanan Pemerintah terhadap masyarakat yang mudik Lebaran semakin membaik. Baik dari sisi infrastruktur jalan, regulasi, maupun pelayanan petugas di lapangan yang menjadi tolok ukur keberhasilan penyelenggaraan mudik Lebaran.
Setelah dua tahun tak mengizinkan mudik Lebaran karena faktor pandemi COVID-19, tahun ini Pemerintah membolehkan masyarakat mudik dengan berbagai persyaratan karena masih adanya ancaman dari pandemi COVID-19. Pemerintah pun telah menetapkan Hari Libur Nasional Idul Fitri pada 2-3 Mei 2022, sedangkan cuti bersama Lebaran 2022 akan berlangsung selama empat hari, 29 April dan 4-6 Mei 2022.
Dengan kebijakan membolehkan mudik, Pemerintah berkewajiban mengawal para pemudik agar bisa sampai ke tempat tujuan dengan selamat. Presiden Joko Widodo bahkan sudah mengingatkan semua jajaran Pemerintah agar mengelola pelaksanaan mudik 2022 dengan tepat dan ketat, untuk menghindari risiko yang tidak diinginkan.
Selain itu, Presiden juga mengingatkan jajaran kabinetnya untuk memperhatikan ketersediaan pangan dan bahan bakar minyak (BBM) menjelang mudik Lebaran dan Idul Fitri tahun ini.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1443 H. Mohon Maaf Lahir Batin.
*) Bambang Soesatyo, Ketua MPR RI/Kandidat Doktor Ilmu Hukum Unpad/Dosen Fakultas Hukun, Ilmu Sosial & Ilmu Politik (FHISIP) Universitas Terbuka
Baca juga: Menakar lonjakan COVID-19 pasca-Lebaran 2022
Baca juga: Warga Ponpes Mahfilud Duror Jatim rayakan Lebaran 2022 lebih awal
Pewarta: Bambang Soesatyo *)
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2022
Tags: