Semarapura (ANTARA News) - Para petani rumput laut di Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali, mulai banyak yang beralih profesi menjadi pekerja pada sektor pariwisata.
"Kemajuan pariwisata di kawasan Nusa Penida terutama di Nusa Lembongan dan Jungut Batu membuat petani rumput mulai berpikir meninggalkan profesinya," kata Kepala Dusun Kelod II, Desa Jungut Batu, Kecamatan Nusa Penida, I Komang Rejeki, kepada wartawan di Semarapura, Kabupaten Klungkung, Sabtu.
Selain lahan atau areal pantai untuk mengelola rumput laut kian menyempit, banyak juga petani rumput laut yang memilih hengkang dan beralih profesi menjadi pengelola vila, bar restoran, dan usaha jasa transportasi pariwisata.
Hal itu dilakukan agar mereka bisa bertahan hidup. Apalagi, pada saat musim hujan seperti sekarang, makin banyak petani yang kesulitan menjemur rumput laut.
"Kalau hujan seperti ini proses pengeringan menjadi lama," kata Rejeki.
Di Nusa Penida terdapat dua jenis rumput laut yang cukup terkenal, yakni "spinosom" dan "katoni". Namun belakangan ini petani mulai jarang membudidayakannya karena harganya rendah.
Untuk jenis spinosom harganya Rp1.500 per kilogram, sedangkan katoni Rp3.000 perkilogram. Padahal sebelumnya harga dua jenis rumput laut itu selalu di atas angka Rp6.000 per kilogram.
Tak heran, jika mereka beralih profesi dan tinggal segelintir warga yang masih setia dengan pekerjaan tersebut. "Gemerlapnya pariwisata membuat warga beralih profesi," katanya.
(ANT/199/M038)
Petani rumput laut beralih jadi pekerja pariwisata
19 November 2011 18:30 WIB
Ilustrasi-Seorang petani memanen rumput laut lokal. (FOTO ANTARA/Muhamad Nasrun)
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2011
Tags: