Bupati Sampang buka puasa dengan pengungsi korban konflik sosial
29 April 2022 22:37 WIB
Bupati Sampang, Madura, Jatim, Slamet Junaidi memberikan serban kepada salah seorang pengungsi di acara buka puasa bersama di Pendopo Pemkab Sampang, Jumat (29/4/2022). (FOTO ANTARA/Abd Aziz)
Sampang, Jatim (ANTARA) - Bupati Sampang, Madura, Jawa Timir Slamet Junaidi berbuka puasa dengan 14 kepala keluarga (KK) pengungsi korban konflik sosial asal kabupaten itu yang selama ini mengungsi di Rusunawa, Jemondo, Sidoarjo, dan pada Jumat sore tiba di Kabupaten Sampang.
"Saya selaku pribadi dan atas nama Pemkab Sampang merasa berbahagia, karena konflik di Sampang sudah berakhir dan saudara-saudara kita yang menjadi korban konflik ini telah kembali," katanya di Pendopo Agung Pemkab Sampang, Jumat.
Bupati menjelaskan, ke-14 kepala keluarga yang terdiri dari 54 jiwa ini berasal dari Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben, dan Desa Blu'uren, Kecamatan Karang Penang, Sampang.
Total jumlah warga Sampang yang tinggal di lokasi pengungsian sebanyak 439 jiwa, dan yang pulang saat ini baru 54 jiwa.
"Sistem pemulangan memang kami rencanakan secara bertahap, sesuai dengan pembangunan rumah yang telah selesai. Tahap berikutnya akan kita lakukan setelah pembangunan rumah tinggal mereka selesai," katanya.
Bupati Sampang Slamet Junaidi menjemput secara langsung pemulangan ke 14 KK pengungsi korban konflik sosial Sampang itu bersama Wakil Bupati Abdullah Hidayat, Ketua DPRD Sampang Fadol, jajaran Forkopimda, dan perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat.
"Kami berharap, saudara-saudara kita yang baru tiba di Sampang bisa menikmati suasana Hari Raya Idul Fitri dengan tenang dan hikmat, dan dapat berkumpul kembali dengan keluarga dan kerabat," katanya.
Para pengungsi asal Sampang yang berjumlah 14 kepala keluarga ini awalnya merupakan pengikut aliran Islam Syiah, dan pada November 2020 mereka berbaiat untuk kembali memeluk aliran Islam Sunni.
Konflik bernuansa SARA antara Syiah dan Sunni di Sampang, Madura, Jawa Timur itu terjadi pada , 26 Agustus 2012 hingga akhirnya para korban ini diungsikan di Rusunawa Jemondo, Sidoarjo, Jawa Timur.
Satu orang tewas, enam orang lainnya luka-luka, dan sebanyak 47 unit rumah warga pengikut Syiah dibakar kelompok penyerang anti-Syiah kala itu.
Komunitas Syiah Sampang ini diusir dari kampung halaman mereka di Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben dan Desa Blu`uran, Kecamatan Karang Penang, Sampang oleh sekelompok massa anti-Syiah, lantaran berbeda paham dengan mayoritas penganut Islam di wilayah itu.
Baca juga: 14 keluarga pengungsi Sampang dipulangkan dari Sidoarjo
Baca juga: Ratusan pengungsi Syiah Sampang masih dilarang mudik
Baca juga: Polresta Sidoarjo pastikan tak ada penolakan warga Syiah Sampang Jatim
Baca juga: Gubernur Jatim serahkan sertifikat tanah pengungsi Sampang
"Saya selaku pribadi dan atas nama Pemkab Sampang merasa berbahagia, karena konflik di Sampang sudah berakhir dan saudara-saudara kita yang menjadi korban konflik ini telah kembali," katanya di Pendopo Agung Pemkab Sampang, Jumat.
Bupati menjelaskan, ke-14 kepala keluarga yang terdiri dari 54 jiwa ini berasal dari Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben, dan Desa Blu'uren, Kecamatan Karang Penang, Sampang.
Total jumlah warga Sampang yang tinggal di lokasi pengungsian sebanyak 439 jiwa, dan yang pulang saat ini baru 54 jiwa.
"Sistem pemulangan memang kami rencanakan secara bertahap, sesuai dengan pembangunan rumah yang telah selesai. Tahap berikutnya akan kita lakukan setelah pembangunan rumah tinggal mereka selesai," katanya.
Bupati Sampang Slamet Junaidi menjemput secara langsung pemulangan ke 14 KK pengungsi korban konflik sosial Sampang itu bersama Wakil Bupati Abdullah Hidayat, Ketua DPRD Sampang Fadol, jajaran Forkopimda, dan perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat.
"Kami berharap, saudara-saudara kita yang baru tiba di Sampang bisa menikmati suasana Hari Raya Idul Fitri dengan tenang dan hikmat, dan dapat berkumpul kembali dengan keluarga dan kerabat," katanya.
Para pengungsi asal Sampang yang berjumlah 14 kepala keluarga ini awalnya merupakan pengikut aliran Islam Syiah, dan pada November 2020 mereka berbaiat untuk kembali memeluk aliran Islam Sunni.
Konflik bernuansa SARA antara Syiah dan Sunni di Sampang, Madura, Jawa Timur itu terjadi pada , 26 Agustus 2012 hingga akhirnya para korban ini diungsikan di Rusunawa Jemondo, Sidoarjo, Jawa Timur.
Satu orang tewas, enam orang lainnya luka-luka, dan sebanyak 47 unit rumah warga pengikut Syiah dibakar kelompok penyerang anti-Syiah kala itu.
Komunitas Syiah Sampang ini diusir dari kampung halaman mereka di Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben dan Desa Blu`uran, Kecamatan Karang Penang, Sampang oleh sekelompok massa anti-Syiah, lantaran berbeda paham dengan mayoritas penganut Islam di wilayah itu.
Baca juga: 14 keluarga pengungsi Sampang dipulangkan dari Sidoarjo
Baca juga: Ratusan pengungsi Syiah Sampang masih dilarang mudik
Baca juga: Polresta Sidoarjo pastikan tak ada penolakan warga Syiah Sampang Jatim
Baca juga: Gubernur Jatim serahkan sertifikat tanah pengungsi Sampang
Pewarta: Abd Aziz
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022
Tags: