Jakarta (ANTARA News) - Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan mengatakan bahwa produksi beras pada 2011 ini diperkirakan maksimal hanya 66 juta ton atau 4 juta ton lebih rendah dibawah target yang ditetapkan 70 juta ton.

"Aram (angka ramalan) tiga kemarin 'kan 65-an juta ton. Kalau pun dipaksakan selama dua bulan (November-Desember) bisa 66 juta ton," katanya di Jakarta, Jumat.

Menurut dia, sekarang sulit untuk memenuhi target karena adanya perubahan pola tanam akibat perubahan iklim. Ia memperkirakan 4 juta ton yang akan hilang tersebut baru bisa dipanen pada 2012 nanti.

"Jadi yang empat juta ton itu barangkali pindah ke tahun 2012," katanya.

Menurut dia, target sebesar 74 juta ton pada 2012 nanti dapat dicapai karena adanya perubahan pola tanam tersebut.

"Saya yakin dan kalkulasi matematikanya pun sangat mendukung bahhwa 2012 kita akan mencatat satu kenaikan produksi yang barangkali luar biasa. karena ada perpindahan orang yang biasa tanam lebih awal di tahun sebelumnya, itu bergeser," katanya.

Ia menambahkan, untuk memperbaiki produksi, antisipasi terhadap curah hujan terus diperbaiki, memperbaiki irigasi baik serta penggunaan bibit unggul yang tahan terhadap rendaman air.

"Saya kira sudah waktunya menggunakan bibit yang sudah teruji dan bisa dipertanggungjawabkan, sekarang sudah banyak, seperti impara, bibit yang tahan direndam air, ada bibit yang tahan terhadap kurang air," katanya.

Ia memperkirakan pada November ini, harga beras tidak akan melonjak tajam, begitupula dengan Desember seiring dengan suplai yang terkendali. Pada Novemeber peningkatan harga beras diperkirakan sekitar 1-2 persen. Namun pada Desember ia belum memperkirakan.

Ia menambahkan, sesuai pola tanam, harga beras di bulan Desember, Januari dan Februari tinggi karena memang tidak ada panen. Namun pada Maret, menurut dia, harga beras turun dan mendorong deflasi seiring dengan musim panen.

(M041/I007)