Jakarta (ANTARA News) - Krisis utang di negara zona euro yang masih terjadi memicu nilai mata uang rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Kamis, seperti juga terjadi pada mata uang dunia lainnya.

Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar AS antarbank Jakarta pada Kamis sore bergerak melemah 47 poin ke posisi Rp9.035 dibanding hari sebelumnya Rp8.988.

"Krisis zona euro memicu investor memegang dolar AS sehingga mata uang AS itu menguat terhadap mata uang dunia lainnya termasuk rupiah," ujar Pengamat pasar valuta asing dari Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra di Jakarta.

Ia mengemukakan, saat ini mata uang dolar AS menjadi instrumen investasi yang lebih aman (safe haven) di tengah krisis utang di Eropa yang diperkirakan menyebar ke negara lainya.

Selain itu, ia menilai, belum adanya langkah perbaikan yang dinilai positif oleh pelaku pasar keuangan global, menahan investor masuk ke negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

"Jika langkah perbaikan dinilai positif oleh pelaku pasar, maka investor akan kembali ke negara berkembang yang mempunyai `return` cukup tinggi," kata dia.

Meski demikian, kata Ariston, pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang termasuk Indonesia yang melebihi negara maju menahan pelemahan mata uangnya tertekan lebih dalam.

"Pertumbuhan negara berkembang hingga 4-6 persen, sementara negara maju hanya sebesar dua persen," ujar dia.

Selain itu, dikemukakannya, Bank Indonesia (BI) juga terus berusaha menahan pelemahan rupiah terhadap dolar AS lebih dalam.

"Karena pembelian dolar AS yang cukup banyak, rupiah tetap melemah meski telah diintervensi oleh BI. Level ideal rupiah itu dibawah Rp9.000," kata dia.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Kamis (17/11) tercatat mata uang rupiah melemah terhadap dolar AS menjadi Rp9.040 dibanding pada hari sebelumnya Rp8.030.
(T.KR-ZMF/A023)