Nusa Dua, Bali, (ANTARA News) - Ada dinamika penting dalam KTT Ke-19 ASEAN di Nusa Dua, Bali, kali ini. Selain masalah internal kawasan beranggotakan 10 negara di Asia Tenggara itu, ada juga yang melibatkan negara di luar ASEAN namun berdekatan.




Itu adalah Australia, yang diberitakan akan menjadi pangkalan baru bagi 2.500 personel Korps Marinir Amerika Serikat. Hal ini bisa sensitif bagi kawasan ASEAN dan telah dinyatakan Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Natalegawa, "Yang saya tidak ingin saksikan adalah kesepakatan itu untuk memprovokasi reaksi dan kontra reaksi yang bisa mengarah peningkatan tensi dan kekurangpercayaan."




Kunjungan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, ke Canberra, Australia, dan berdialog empat mata dengan Perdana Menteri Australai, Jullian Gilliard, menghasilkan pernyataan sebagaimana dinyatakan Reuters, "Kunjungan saya ke kawasan ini menjadikan jelas bahwa Amerika Serikat meningkatkan komitmennya untuk seluruh Kawasan Asia-Pasifik."




Di dalam ASEAN, ada kawan baik Amerika Serikat sejak abad lalu, yaitu Filipina. Negara yang kini dipimpin Benigno Aquino III itu hadir di KTT Ke-19 ASEAN dengan sejumlah proposal, terutama tentang Laut China Selatan (Laut Filipina Barat) yang diklaim Viet Nam, Brunei Darussalam, dan Malaysia.




Isu ini sangat menarik --bisa menjadi sensitif jika tidak dikelola secara baik dan memadai-- sehingga menjadi agenda pembahasan khusus di tingkat pejabat senior hingga menteri luar negeri ASEAN. Akan tetapi akhirnya tercipta dokumen tataperilaku terkait kawasan itu. Untuk saat ini, hal itu bisa menjawab keperluan penyelesaian di ASEAN.




Kembali pada Obama, dia terbang ke Bali dari Canberra dan telah mendarat di Bandar Udara Internasional Ngurah Rai; sebagaimana halnya dengan Gilliard pada saat yang berbeda. Keduanya akan menghadiri KTT Asia Timur, seusai KTT Ke-19 ASEAN.




Kehadiran kedua pemimpin di Kawasan Pasifik itu menjadi ajang penting. Mungkinkah isu penempatan 2.500 personel Korps Marinir negara itu akan menjadi agenda pembicaraan di KTT ASEAN-Amerika Serikat?




Hingga saat ini, ASEAN diakui Filipina masih berpadu satu tentang isu itu, walau Natalegawa telah secara tegas menyatakan pendapatnya, yang berintikan pada kemungkinan kesalahpahaman jika hal itu tetap dilaksanakan.




"Sama sekali tidak ada perpecahan," kata Menteri Komunikasi Filipina, Ricky Carandang. Setelah isu ini merebak, delegasi Filipina menjadi pihak yang dicari jurnalis untuk dimintakan pendapatnya, di sela pertemuan puncak pemimpin ASEAN di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Nusa Dua, Bali, Kamis.




Entah karena memang telah lazim sekali berurusan dengan militer Amerika Serikat dan kepentingan langsung negara itu di Filipina, atau karena aspek lain, namun Carandang justru beranggapan bahwa stabilitas kawasan akan lebih baik. Pada sisi berbeda, ada kenyataan bahwa kehadiran patroli kapal-kapal perang Angkatan Laut China menimbulkan kerisauan tersendiri bagi Filipina, yang kekuatan militernya berada di papan tengah ASEAN.




"Kehadiran Amerika yang lebih besar di kawasan akan lebih memberikan stabilitas bagi kawasan. Saya yakin itu," kata Carandang. Natalegawa, sehari sebelumnya, menegaskan, "ASEAN tidak akan membiarkan Asia Tenggara menjadi ajang persaingan negara-negara manapun."




Ada adagium dalam percaturan politik dunia: di mana ada kepentingan ekonomi, maka di sana akan ada kehadiran militer. Hal ini bisa termodifikasi dalam kepentingan-kepentingan lain.




Presiden Susilo Yudhoyono, pada hari sama dengan Natalegawa memberi pernyataan itu, membeberkan visinya kepada jurnalis tentang ASEAN. Kawasan Asia Tenggara itu, dalam risalah singkat penjelasan Yudhoyono yang juga menyandang gelar doktor itu, akan menjadi satu episentrum baru kekuatan dunia.




Indikasi ke arah itu sebetulnya sangat jelas: kehadiran Perdana Menteri India, Manmohan Singh, Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, wakil pemimpin Russia, Perdana Menteri China, Wen Jiabao, dan Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, selain ke-10 pemimpin ASEAN tentu saja, dan beberapa pemimpin penting lain.




KTT ASEAN akan diteruskan dengan KTT Asia Timur, dengan peserta sebagian ("alumnus") KTT G20 dan Pertemuan Puncak CEO APEC. Jumlahnya juga mirip, 20 negara dan 21 negara, dan semuanya bersua lagi di Bali.




Yang menyisa adalah kemungkinan kesepakatan tentang penyelesaian masalah secara damai dan meningkatkan kesejahteraan gabungan kawasan (China, Amerika Serikat, India, zona euro, dan ASEAN) yang menjadi lahan hidup bagi hampir 3 miliar penduduk dunia. Di sinilah kepemimpinan Indonesia mendapat panggung sekaligus arena pengujian yang monumental. (*)