Jakarta (ANTARA) - Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Rabu (27/4) menyebutkan hingga 40 persen lahan di Bumi mengalami degradasi, yang mengancam sekitar separuh dari total nilai produk domestik bruto (PDB) global, atau 44 triliun dolar AS (1 dolar AS = Rp14.418).
Jika praktik saat ini berlanjut hingga 2050, kemungkinan akan ada degradasi tambahan di area yang hampir seukuran Amerika Selatan, seperti diperingatkan oleh laporan Konvensi PBB tentang Penanggulangan Desertifikasi Lahan (United Nations Convention to Combat Desertification/UNCCD).
Laporan yang berjudul "Global Land Outlook 2" itu juga memberikan rekomendasi kepada para pembuat keputusan tentang cara-cara berinvestasi dalam bidang restorasi lahan, mitigasi perubahan iklim, dan pengentasan kemiskinan.
Laporan itu memberikan peringatan yang jelas dan ratusan cara praktis untuk memengaruhi restorasi ekosistem lokal, nasional, dan regional. Laporan itu juga menunjukkan bahwa memulihkan lahan berarti memulihkan kehidupan, ekonomi, komunitas, iklim, kesehatan, dan lain-lain.
Dikembangkan selama lima tahun, dengan 21 organisasi mitra dan lebih dari 1.000 referensi dan 250 lebih contoh kasus global, laporan itu merupakan konsolidasi informasi paling komprehensif yang pernah disusun terkait topik tersebut, kata UNCCD.
Studi itu dirilis menjelang sesi ke-15 Konferensi Para Pihak untuk Konvensi PBB tentang Penanggulangan Desertifikasi Lahan yang akan digelar pada 9-20 Mei mendatang di Abidjan, Pantai Gading.
UNCCD menggambarkan degradasi lahan sebagai hilangnya modal alam berbasis tanah yang berlangsung secara terus-menerus atau jangka panjang. Hal ini menimbulkan kemiskinan, kelaparan, dan polusi lingkungan, sementara membuat masyarakat lebih rentan terhadap penyakit dan bencana seperti kekeringan, banjir, atau kebakaran hutan.
Laporan PBB sebut 40 persen lahan di Bumi alami degradasi
28 April 2022 16:31 WIB
Orang-orang menanam pohon di Distrik Nalaikh di Ulan Bator, Mongolia, pada 10 Oktober 2021. (Xinhua/Suriya)
Pewarta: Xinhua
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2022
Tags: