Nusa Dua (ANTARA News) - Rabu siang tadi, kepada peserta Seminar Perempuan ASEAN Tentang Kewirausahaan Ramah Lingkungan, Ani Yudhoyono menjelaskan perbedaan Hari Ibu yang diperingati setiap 22 Desember dengan "Mother`s Day" di sejumlah negara setiap musim semi.
Kepada sedikitnya 200 undangan dari sejumlah negara ASEAN di Bali International Convention Center, Nusa Dua, Ani Yudhoyono, mengatakan makna Hari Ibu terbilang bertolak belakang dengan "Mother`s Day".
"Hari Ibu di Indonesia digunakan untuk memperingati Kongres Pertama Perempuan Indonesia pada 22-25 Desember di Yogyakarta," katanya. Sementara "Mother`s Day", kata Ani, lebih untuk menghargai peran ibu.
Menurut Ani, Kongres Pertama Perempuan Indonesia adalah cermin tekad kuat kaum perempuan untuk bersama dengan kaum pria melawan kolonialisme, membebaskan Indonesia dari penjajah.
Ia lalu menilai, jika diperdayakan, lebih dari 300 juta jiwa perempuan di Asia Tenggara akan menjadi aset ekonomi kawasan.
"Hal ini sangat penting kareana pola hubungan negara ASEAN ke depan akan lebih banyak didominasi oleh soft power, dialog, daripada hard power," katanya.
Hari Ibu diawali dari bertemunya para pejuang wanita yang menyelenggarakan Kongres Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta.
Kongres itu dihadiri sekitar 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera. Hasilnya, Kongres Perempuan yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani).
Organisasi perempuan sendiri sudah ada sejak 1912, diilhami oleh perjuangan para pahlawan wanita abad ke-19 seperti Martha Christina Tiahahu, Cut Nyak Dhien, Tjoet Nyak Meutia, R.A. Kartini, Maria Walanda Maramis, Dewi Sartika, serta Nyai Ahmad Dahlan.
Seminar Perempuan ASEAN tentang Kewirausahaan Ramah Lingkungan dilakukan di sela-sela rangkaian Pertemuan Puncak (KTT) ke-19 ASEAN, 13-19 November. KTT ke-19 ASEAN.(*)
G003/A011
"Hari Ibu" itu beda dengan "Mother's Day"
16 November 2011 14:36 WIB
Kristiani Herawati Yudhoyono (ANTARA/REUTERS)
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011
Tags: