"Ini akan menjadi kebutuhan bagi desa karena dengan SDGs desa ini bisa dipetakan secara lebih detail, lebih mikro berbagai permasalahan dan potensi," kata Menteri Desa usai menghadiri Gelar Pembacaan dan Pemanfaatan Data SDGs Desa di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Rabu.
Dengan demikian, kata Menteri Desa, bukan hanya masalah atau persoalan desa misalnya kemiskinan dan sebagainya yang bisa dipetakan, tetapi potensi misalnya terkait dengan potensi alam dan lingkungan sebagai acuan pembangunan desa.
"Kan ada desa peduli lingkungan laut, desa peduli lingkungan darat, desa peduli iklim kemudian tempat tinggal yang nyaman dan damai, desa berkeadilan ini kan potensi yang kemudian bisa dieksplorasi sedemikian rupa," katanya.
Baca juga: Mendes PDTT dorong desa manfaatkan teknologi guna percepat pembangunan
Baca juga: Mendes PDTT: SDGs Desa ke-18 penting untuk rancang pembangunan desa
Maka dari itu, kata Menteri, SDGs Desa ini sifatnya mikro datanya, karena sudah membicarakan by name by address (dengan nama dengan alamat), juga by locus (wilayah).
"SDGs itu bicara tentang kewilayahan dan kewargaan, kewilayahan itu desa sampai rukun tetangga, kemudian kewargaan mulai dari KK (keluarga) sampai warga, jadi detail banget, itulah makanya saya bilang sebagai kebutuhan untuk kepentingan arah pembangunan di desa," katanya.
Di Kabupaten Bantul, DIY sendiri ada dua desa yang menjadi lokasi simulasi gelar Pembacaan dan Pemanfaatan Data SDGs Desa, yaitu di Desa Munthuk Kecamatan Dlingo, dan Desa Segoroyoso Kecamatan Pleret.
Baca juga: Data desa jadi kunci penting percepatan pembangunan desa
Baca juga: Mendes: Program Tekad dukung capaian SDGs desa