"Biasanya, pada H-6 bisa membawa uang ke rumah Rp300 ribu, namun kini hanya Rp30 ribu," kata Ucin (60) seorang buruh panggul warga Merak saat ditemui di Pelabuhan Merak, Selasa.
Pendapatan buruh panggul selama dua tahun terakhir atau sejak adanya pandemi COVID-19 menurun drastis. Bahkan pendapatan jasa angkut barang itu hanya bisa makan saja dan tidak bisa dijadikan andalan ekonomi untuk menyambut Lebaran.
Selain itu juga kebanyakan pemudik sekarang, kata dia, merupakan penumpang di atas kendaraan pribadi. Sampai H-6 pemudik Lebaran melalui Pelabuhan Merak tampak sepi.
Beruntungnya, kata dia, sudah tidak punya anak kecil. "Kami tentu mengeluh menurunnya pendapatan itu, terlebih sudah mendekat Lebaran," kata Ucin.
Begitu juga Madali (55) warga Merak mengaku pendapatan buruh panggul terjadi penurunan akibat pandemi COVID-19.
Baca juga: Arus mudik Pelabuhan Merak seberangkan 21.860 penumpang
Pemerintah sudah melonggarkan arus mudik Lebaran tahun ini dengan syarat sudah divaksin booster, namun kondisi Pelabuhan Merak tampak sepi.
"Kami pada H-7 Senin (25/4) normalnya sudah mengantongi Rp400 ribu, namun saat ini hanya Rp35 ribu," katanya.
Ia mengatakan menurunnya pendapatan buruh panggul itu tentu dikhawatirkan tidak terpenuhi kebutuhan untuk Lebaran. Selain itu juga pekerjaan buruh panggul di Pelabuhan Merak saling bergantian.
"Kami hari ini bekerja, nanti Rabu besok diganti orang lain," kata Madali sambil mengaku berprofesi buruh panggul sudah 40 tahun.
Ia mengatakan sebagai jasa pengantar barang milik penumpang, ia tidak mematok bayaran namun keikhlasan pemudik. Terkadang pemudik memberikan upah jasa Rp15.000, juga terkadang Rp50.000. Bahkan juga terkadang ada pemudik yang tidak mengasih uang.
Pendapatan buruh panggul, diakuinya bisa membantu ekonomi keluarganya. "Kami sebagai jasa angkutan hanya seikhlas pemberian pemudik," katanya.
Baca juga: Kapolri: Terjadi pergeseran arus mudik Lebaran 2022 di Pelabuhan Merak