Pretoria (ANTARA News) - Niger memutuskan memberi putra Muamar Gaddafi, Saadi, suaka karena alasan kemanusiaan, kata Presiden Niger Mahamadou Issoufou, Jumat, namun saudaranya, Seif al-Islam, tidak berada di negara itu.

"Kami telah setuju memberikan suaka kepada Saadi Gaddafi karena alasan kemanusiaan," kata Issoufou pada jumpa pers pada akhir kunjungan dua hari ke Afrika Selatan, lapor AFP.

"Seif al-Islam tidak berada di Niger. Saya akan mempertimbangkan apa yang harus dilakukan jika ia datang," katanya.

"Kita berurusan dengan permasalahan menyangkut hukum dan demokrasi serta perjanjian internasional," tambah presiden Niger tersebut.

Saadi Gaddafi (38) meninggalkan Libya melalui perbatasan selatan negara itu menuju Niger pada Agustus selama runtuhnya Tripoli yang mengakhiri kekuasaan ayahnya yang telah berlangsung 42 tahun.

Para pemimpin baru Libya ingin Saadi diadili atas tuduhan kejahatan yang dilakukan ketika memimpin federasi sepak-bola di negara itu.

Perdana Menteri Niger Brigi Rafini mengatakan pada September, Saadi tidak akan diekstradisi, setidaknya sampai ada jaminan ia disidangkan secara adil di Libya.

Seif al-Islam diburu oleh Pengadilan Kejahatan Internasional (ICC) dalam kaitan dengan kejahatan atas kemanusiaan yang mungkin dilakukan selama penumpasan terhadap pemrotes Libya.

Seif (39), dan kepala keamanan Gaddafi serta saudara iparnya, Abdullah al-Senussi (62), menjadi buronan utama setelah rejim Gaddafi terguling.

Mereka diburu oleh ICC dengan tuduhan kejahatan atas kemanusiaan, yang dilakukan setelah meletusnya pemberontakan menentang pemerintah Gaddafi pada pertengahan Februari. ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap ketiga orang itu pada 27 Juni.

Pada akhir Oktober, seorang jaksa mengatakan, ICC melakukan "kontak informal" dengan Seif melalui perantara.

"Melalui perantara, kami melakukan kontak informal dengan Seif," kata jaksa ICC Luis Moreno-Ocampo dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan di kantor pusat pengadilan itu di Den Haag, Jumat (28/10).

"Kantor jaksa menegaskan bahwa jika ia menyerah kepada ICC, ia memiliki hak untuk didengar kesaksiannya di pengadilan, ia tidak bersalah sampai terbukti bersalah," kata Moreno-Ocampo. "Hakim yang akan memutuskan."

Pengumuman ICC mengenai kontak informal dengan Seif itu disampaikan di tengah meningkatnya keresahan internasional berkaitan dengan kondisi tidak jelas seputar kematian Gaddafi yang tampaknya dieksekusi, setelah kota asalnya Sirte dikuasai pasukan NTC pada Kamis (20/10).

Sejumlah pihak meminta penyelidikan dilakukan untuk mengetahui kebenaran seputar kematian Gaddafi.

Para pejabat Dewan Transisi Nasional (NTC) mengatakan, Muamar Gaddafi tewas selama pertempuran untuk menguasai kota tempat asalnya, Sirte, pada Kamis (20/10). Namun, beberapa negara besar Barat yang mendukung pemberontak Libya menguasai Tripoli dua bulan lalu mengatakan, mereka masih mencari konfirmasi mengenai kebenaran berita itu.

Almarhum Gaddafi menjadi buronan sejak NTC menguasai ibu kota Libya, Tripoli, pada Agustus, dan ia berhasil menghindari penangkapan meski pasukan NTC memperoleh sejumlah petunjuk mengenai lokasinya.

Ia berulang kali melontarkan janji-janji untuk melanjutkan perang, ketika semakin banyak negara mengakui NTC sebagai pemerintah yang berkuasa di Libya.

Gaddafi (68), pemimpin terlama di dunia Arab dan telah berkuasa selama empat dasawarsa, bersikeras akan tetap berkuasa meski ia ditentang banyak pihak. (M014)