Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) membantah Candi Borobudur dicoret dari pengakuan badan PBB, UNESCO, sebagai warisan dunia kriteria budaya.
"Tidak ada pernyataan seperti itu (pencoretan).Tidak ada juga ancaman mereka untuk mencoret Candi Borobudur dari list warisan budaya mereka," kata Plt. Direktur Jenderal Sejarah dan Purbakala Kemenparekraf, I Gde Pitana, di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan, pihaknya justru menerima surat resmi dari UNESCO sekitar sebulan lalu tentang apresiasi badan PBB tersebut terhadap pemerintah dan rakyat Indonesia.
"Mereka menilai, kita responsif dan cepat tanggap dalam membersihkan abu vulkanik sisa letusan Gunung Merapi beberapa waktu lalu," katanya.
Sebelumnya, santer diberitakan Candi Budha terbesar itu terancam akan dicoret dari daftar warisan budaya dunia oleh UNESCO karena masyarakat dan pemerintah Indonesia dinilai tidak merawat candi peninggalan Wangsa Syailendra itu dengan baik.
Candi dinilai kotor, tak terawat dan banyak yang masih tertutupi sisa erupsi Gunung Merapi yang belum dibersihkan.
"Saya tegaskan bahwa pencoretan itu tidak ada, Candi Borobudur tetap diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia," katanya.
Meski begitu, pihaknya tetap mengingatkan dan mengimbau agar setiap pengunjung yang datang ke Borobudur untuk kepentingan apapun baik untuk sembahyang maupun berwisata tetap menjaga perilaku yang baik sesuai dengan nilai-nilai dan tata cara memperlakukan warisan budaya.
"Kalau kita tidak melaksanakan konsep-konsep untuk menjaga dan melestarikan Candi Borobudur, ya bisa saja dicoret oleh UNESCO," katanya.
UNESCO memasukkan Candi Borobudur ke dalam daftar situs warisan dunia pada 1991 dan masuk dalam kriteria budaya mewakili mahakarya kreativitas manusia yang jenius.
Pembangunan Borobudur diperkirakan menghabiskan waktu 75 tahun dan dirampungkan pada masa pemerintahan Samaratungga pada tahun 825.
(T.H016/E008)
Borobudur tak dicoret sebagai warisan budaya UNESCO
11 November 2011 22:22 WIB
Taman Wisata Candi Borobudur (FOTO ANTARA)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011
Tags: