Monsinyur Seno Ngutra resmi jabat Uskup Amboina
23 April 2022 21:50 WIB
Tangkapan layar - Prosesi misa Penahbisan Monsinyur Seno Ngutra sebagai Uskup Amboina, dipimpin Dubes Vatikan untuk Indonesia Monsinyur Piero Pioppo di Katedral Santo Fransiskus Xaverius, Kota Ambon, Sabtu (23/4/2022). ANTARA/Jimmy Ayal.
Ambon (ANTARA) - Duta Besar Vatikan untuk Indonesia (Nuncio Apostolik bagi Indonesia) Monsinyur (Mgr) Piero Pioppo secara resmi menahbiskan Monsinyur Seno Ngutra sebagai Uskup Amboina, di Katedral Santo Fransiskus Xaverius, Kota Ambon, Sabtu.
Prosesi misa Ekaristi Tahbisan berlangsung sejak petang itu diawali arak-arakan Duta Besar Piero Pioppo bersama Uskup terpilih, para uskup se-Indonesia dan para imam dari Keuskupan Amboina menuju Katedral Santo Fransiskus Xaverius.
Monsinyur Piero Pioppo yang menjadi penahbis utama, memimpin misa ekaristi dengan didampingi Uskup Agung Merauke Mgr Petrus Canisius Mandagi MSC sebagai Penahbis I dan Uskup Manado Mgr Benedictus Estephanus Rolly Untu MSC sebagai Penahbis II.
Sebelum ditahbiskan Sekretaris Kedutaan Vatikan Monsinyur Arnaud du Cheyron de Beaumont membacakan surat pengangkatan Monsinyur Seno Ngutra yang akrab disapa "Inno" dari Takhta Suci Vatikan. Namun sebelum dibacakan Surat persetujuan dari Paus Frasiskus itu diperlihatkan keabsahannya kepada Dubes sebagai penahbis Utama serta Penahbis I dan Penahbis II, serta kepada seluruh uskup dan seluruh umat yang hadir.
Baca juga: Dubes Vatikan akan tahbiskan Uskup Diosis Amboina
Setelah itu, Dubes Piero Pioppo bersama penahbis I dan II serta para uskup se-Indonesia menumpangkan tangan untuk memberkati Monsinyur Seno Ngutra sebagai Uskup yang baru, kemudian mengurapi minyak krisma, penyematan cincin dan mitra (topi utama) serta penyerahan tongkat.
Dubes Piero bersama Uskup Agung Merauke dan uskup Manado kemudian memandu Uskup Mgr Senno Ngutra untuk mengikrarkan janji sucinya sebagai Uskup terpilih dan menuju tahta uskup untuk menerima salam persaudaraan dari para uskup se-Indonesia.
Sedangkan Uskup Agung Merauke Mgr Petrus Canisius Mandagi MSC memulai khotbahnya dengan menceritakan tentang kebiasaan terpendam Monsinyur Inno Ngutra. "Harap monsinyur tidak tersinggung, kalau tersinggung ampunilah saya," katanya.
Menurut Mandagie setelah Monsinyur Inno ditahbiskan sebagai imam pada 6 Oktober 2001, Inno mulai melaksanakan tugas belajar di Manila, Filipina. "Tetapi saat studi itu beliau (Inno Ngutra) banyak bertolak (berangkat). Sering kali saya dengar beliau sudah bertolak ke Manila, tiba tiba sudah ke Singapura, Hongkong, vietnam tetapi juga bertolak ke Manado. Rupanya bakat terpendam (suka berangkat) lahir kembali di Manila," katanya.
Karena itu, Menurut Uskup Mandagi, dirinya mengerti mengapa Monsinyur Inno memilih semboyan "Duc In Altum" atau 'Bertolaklah ke tempat yang dalam' sebagai motonya dalam mengembalakan keuskupan amboina.
Ia mengingatkan mengingatkan Uskup Seno Ngutra akan motonya Duc In Altum sebagai cita-cita luhur dalam mewujudkan pengabdiannya sebagai seorang uskup.
"Moto Duc In Altum yang termaktub dari Kitab Injil Lukas 5:4 menunjukkan komitmen dan cita-cita Monsinyur Inno Ngutra untuk menangkap umat Katolik maupun masyarakat Maluku yang masih terperangkap dalam lautan kejahatan," katanya.
Mandagi yang sebelumnya menjadi Uskup Diosis Amboina dan bertugas selama 27 tahun mengakui di Maluku masih sering terjadi perkelahian antarkampung karena masalah kepemilihan tanah, kepemilikan laut maupun kekerasan yang timbul karena masalah politik seperti pilkades maupun pilkada.
"Banyak juga yang terperangkap dalam kasus korupsi, perselingkuhan dan masih banyak bentuk lautan kejahatan lain. Ini menjadi tugas Uskup Inno untuk mengumpulkan mereka dalam persekuatuan yang sejati," katanya.
Dia mengakui, Mgr Inno memiliki basis yang kuat karena telah mengunjungi hampir semua tempat, termasuk daerah terpencil dan sulit di wilayah Keuskupan Amboina, sebelum ditunjuk dan diangkat sebagai Uskup Amboina.
Karena Itu, dia berharap Uskup Inno mampu menggembalakan umat Katolik dalam melewati berbagai tantangan yang dihadapi saat ini.
Prosesi misa Ekaristi Tahbisan berlangsung sejak petang itu diawali arak-arakan Duta Besar Piero Pioppo bersama Uskup terpilih, para uskup se-Indonesia dan para imam dari Keuskupan Amboina menuju Katedral Santo Fransiskus Xaverius.
Monsinyur Piero Pioppo yang menjadi penahbis utama, memimpin misa ekaristi dengan didampingi Uskup Agung Merauke Mgr Petrus Canisius Mandagi MSC sebagai Penahbis I dan Uskup Manado Mgr Benedictus Estephanus Rolly Untu MSC sebagai Penahbis II.
Sebelum ditahbiskan Sekretaris Kedutaan Vatikan Monsinyur Arnaud du Cheyron de Beaumont membacakan surat pengangkatan Monsinyur Seno Ngutra yang akrab disapa "Inno" dari Takhta Suci Vatikan. Namun sebelum dibacakan Surat persetujuan dari Paus Frasiskus itu diperlihatkan keabsahannya kepada Dubes sebagai penahbis Utama serta Penahbis I dan Penahbis II, serta kepada seluruh uskup dan seluruh umat yang hadir.
Baca juga: Dubes Vatikan akan tahbiskan Uskup Diosis Amboina
Setelah itu, Dubes Piero Pioppo bersama penahbis I dan II serta para uskup se-Indonesia menumpangkan tangan untuk memberkati Monsinyur Seno Ngutra sebagai Uskup yang baru, kemudian mengurapi minyak krisma, penyematan cincin dan mitra (topi utama) serta penyerahan tongkat.
Dubes Piero bersama Uskup Agung Merauke dan uskup Manado kemudian memandu Uskup Mgr Senno Ngutra untuk mengikrarkan janji sucinya sebagai Uskup terpilih dan menuju tahta uskup untuk menerima salam persaudaraan dari para uskup se-Indonesia.
Sedangkan Uskup Agung Merauke Mgr Petrus Canisius Mandagi MSC memulai khotbahnya dengan menceritakan tentang kebiasaan terpendam Monsinyur Inno Ngutra. "Harap monsinyur tidak tersinggung, kalau tersinggung ampunilah saya," katanya.
Menurut Mandagie setelah Monsinyur Inno ditahbiskan sebagai imam pada 6 Oktober 2001, Inno mulai melaksanakan tugas belajar di Manila, Filipina. "Tetapi saat studi itu beliau (Inno Ngutra) banyak bertolak (berangkat). Sering kali saya dengar beliau sudah bertolak ke Manila, tiba tiba sudah ke Singapura, Hongkong, vietnam tetapi juga bertolak ke Manado. Rupanya bakat terpendam (suka berangkat) lahir kembali di Manila," katanya.
Karena itu, Menurut Uskup Mandagi, dirinya mengerti mengapa Monsinyur Inno memilih semboyan "Duc In Altum" atau 'Bertolaklah ke tempat yang dalam' sebagai motonya dalam mengembalakan keuskupan amboina.
Ia mengingatkan mengingatkan Uskup Seno Ngutra akan motonya Duc In Altum sebagai cita-cita luhur dalam mewujudkan pengabdiannya sebagai seorang uskup.
"Moto Duc In Altum yang termaktub dari Kitab Injil Lukas 5:4 menunjukkan komitmen dan cita-cita Monsinyur Inno Ngutra untuk menangkap umat Katolik maupun masyarakat Maluku yang masih terperangkap dalam lautan kejahatan," katanya.
Mandagi yang sebelumnya menjadi Uskup Diosis Amboina dan bertugas selama 27 tahun mengakui di Maluku masih sering terjadi perkelahian antarkampung karena masalah kepemilihan tanah, kepemilikan laut maupun kekerasan yang timbul karena masalah politik seperti pilkades maupun pilkada.
"Banyak juga yang terperangkap dalam kasus korupsi, perselingkuhan dan masih banyak bentuk lautan kejahatan lain. Ini menjadi tugas Uskup Inno untuk mengumpulkan mereka dalam persekuatuan yang sejati," katanya.
Dia mengakui, Mgr Inno memiliki basis yang kuat karena telah mengunjungi hampir semua tempat, termasuk daerah terpencil dan sulit di wilayah Keuskupan Amboina, sebelum ditunjuk dan diangkat sebagai Uskup Amboina.
Karena Itu, dia berharap Uskup Inno mampu menggembalakan umat Katolik dalam melewati berbagai tantangan yang dihadapi saat ini.
Pewarta: Jimmy Ayal
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022
Tags: