Jakarta (ANTARA) - Partisipasi aktif untuk Stockholm+50 merupakan satu dari wujud nyata Indonesia dalam pemulihan Planet Bumi, kata Direktur Jenderal Kerjasama Multilateral Kementerian Luar Negeri Ad Interim Ibnu Wahyutomo.

"Indonesia merupakan negara kaya akan keanekaragaman hayati dengan hutan, laut dan ragam genetiknya, sehingga kontribusi untuk isu global juga sama pentingnya untuk tata kelola yang harus dilakukan," kata Ibnu dalam Dialog Publik 1: Menemukan Kembali Keseimbangan Hubungan Manusia dan Alam secara daring yang diikuti di Jakarta, Jumat.

Ibnu mengatakan Stockholm+50 merupakan mandat Resolusi Majelis Umum PBB untuk mengakselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) dalam kesempatan memperingati 50 tahun konferensi lingkungan hidup di Stockholm pada 1972.

Dalam prosesnya Stockholm+50 terdapat tiga dialog kepemimpinan, yaitu dialog kepemimpinan satu yang berfokus pada planet yang sehat dan sejahtera, kepemimpinan dua berfokus pada pemulihan pasca pandemi, dan dialog kepemimpinan tiga berfokus pada akselerasi implementasi dimensi lingkungan hidup.

Baca juga: Hari Bumi, KLHK dorong pasar rakyat terapkan belanja tanpa kemasan

Baca juga: Hari Bumi, KLHK nilai "bulk store" bentuk kultur konsumen idealisme


Indonesia, menurut dia, dipercaya menjadi co-chair untuk dialog kepemimpinan dua di Stockholm+50. Keterlibatan langsung di sejumlah pertemuan sudah dilakukan sejak awal tahun, sebagai amanah terutama berkaitan dengan Presidensi G20 yang dipegang Indonesia saat ini.

Pada pertemuan puncak Stockholm+50 di bulan Juni mendatang setidaknya ada tiga hal yang bisa menjadi kontribusi Indonesia. Pertama, Indonesia dapat berbagi pengalaman dan pencapaiannya pada dunia, termasuk pengetahuan tradisional dan kearifan lokal sebagai solusi konkrit masalah lingkungan hidup global.

Praktik-praktik terbaik lingkungan hidup Indonesia tidak jarang dari akar rumput. Generasi muda, masyarakat adat, pesisir, desa, dan daerah aliran sungai (DAS) menawarkan solusi yang berdampak, efektif dan mudah untuk diimplementasikan.

"Kita harus mampu mengangkat solusi lokal tersebut ke skala global dan mengevaluasinya melalui kerja sama penelitian, pengembangan teknologi dan pengembangan kapasitas," katanya.

Kedua, Indonesia turut memajukan kepentingan negara berkembang. Upaya pencapaian target SDG perlu didukung dengan sarana implementasi yang tepat.

Negara berkembang, kepulauan, pulau-pulau kecil, negara "landlocked", kurang berkembang harus diberikan kesempatan yang sama dalam mencapai pembangunan yang adil dan sejahtera. Pendekatan ini, menurut dia, juga diambil dalam Presidensi G20 di mana Indonesia mengajak negara-negara pulau kecil di Pasifik dan Karibia untuk ikut hadir dan berkontribusi dalam upaya "Recover Together, Recover Stonger".

Ketiga, momentum untuk menegaskan komitmen dan posisi Indonesia sebagai juara bagi lingkungan hidup. Saat ini adalah momen perubahan menuju pola hidup berkelanjutan.

"Kita harus mempersiapkan diri menyambut perubahan tersebut, dan meraih peluang yang ada," ujar dia.

Duta Besar Swedia untuk Indonesia, Timor Leste, dan ASEAN, Marina Berg mengatakan pertemuan Stockholm 50+ bertujuan untuk memobilisasi komunitas global untuk meningkatkan aksi lintas sektor untuk mempercepat implementasi target iklim global.

“Urgensi untuk menghentikan perubahan iklim adalah kenyataan. Untuk mencapai ini, bagaimanapun kita membutuhkan keterlibatan semua pihak,” kata Marina.

Baca juga: Hari Bumi momen memilah sampah dari rumah

Baca juga: Pengamat dorong ubah pola investasi ke arah yang lebih hijau