"Ini yang mesti kita usung dengan potensi juga ke depan bahwa Indonesia akan menjadi penghasil gas yang besar, sehingga diharapkan investor akan datang untuk investasi di Indonesia," ujarnya.
Dwi mengatakan pihaknya akan membuat syarat dan kondisi di dalam negeri supaya menarik untuk investor karena portofolio di dunia akan sangat bersaing dari satu negara ke negara lain.
Baca juga: SKK Migas lakukan studi fiskal pengembangan migas nonkonvensional
Melansir BP Energy Outlook 2021, cadangan produksi gas bumi Indonesia mencapai dua kali lebih besar dibandingkan minyak bumi.
Lebih lanjut Dwi mengungkapkan banyak investor tertarik dengan penangkapan karbon, utilisasi, dan penyimpanan di Indonesia.
Emisi karbon yang dihasilkan dari kegiatan hulu migas nantinya akan didaur ulang, lalu diinjeksikan ke dalam perut bumi.
Sementara itu emisi karbon yang dihasilkan dari industri-industri salah satunya pembangkit listrik adalah yang paling banyak, sehingga ke depan ini akan menjadi game changer untuk mengatasi permasalahan lingkungan.
Menurut Dwi, Indonesia punya banyak reservoir yang sudah kosong dan bisa dimanfaatkan menjadi CCUS. Beberapa perusahaan yang tertarik mengembangkan CCUS, di antaranya Exxon bekerja sama dengan Pertamina, kemudian ada juga Premier Oil dan BP.
Rencana pengembangan teknologi CCUS akan menjadi menarik terkhusus cekungan yang berada di sekitar wilayah Singapura dan Malaysia.
"Sekarang orang sudah melakukan uji coba untuk membawa karbon ini dalam bentuk liquid untuk dibawa ke suatu tempat, lalu dimasukkan ke dalam CCUS. Biayanya sekarang masih tinggi, tetapi ini menjadi daya tarik Indonesia dalam kaitan dengan isu lingkungan saat ini," jelas Dwi.
Baca juga: Indonesia masih memiliki peluang besar di bisnis migas