Jakarta (ANTARA News)
- Banyak orang senang menikmati makanan yang dipanggang, dan ada banyak
restoran yang menyajikan hidangan makanan dengan cara dipanggang.
Tetapi para ilmuwan mengatakan bahwa pilihan terhadap makanan yang
terolah itu dapat memberikan dampak buruk bagi kesehatan.
Dibandingkan dengan yang direbus, memasak makanan dengan memanggang
bisa meningkatkan resiko kanker hingga dua kali lipat, meskipun
dagingnya dimasak hingga matang. Para ilmuwan menemukan bahwa daging
yang dipanggang atau digoreng menyebabkan mutasi karsinogenik pada
permukaan makanan itu.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Institut kesehatan publik
Norwegia menguji tikus sebagai percobaannya yang diharapkan
merefleksikan kondisi serupa pada manusia. Mereka menemukan bahwa
manusia memiliki enzim tertentu yang disebut sulfotransferases (sult)
dalam beberapa bagian dari tubuh mereka. meski begitu, enzim ini hanya
ditemukan pada hati tikus.
Enzim Sult berfungsi untuk merubah beberapa kandungan dalam makanan
agar tidak berbahaya. Selain itu, Enzim ini juga memiliki kemampuan
untuk merubah makanan menjadi karsinogenik atau kandungan penyebab
kanker.
Para peneliti mengatakan " Tikus yang memakan makanan terkontaminasi
kebanyakan ditemukan dalam ikan dan daging yang dipanggang,"
"Kami
ingin meneliti perkembangan tumor usus pada tikus yang sering
mengonsusmsi makanan yang dipanggang dan digoreng dan membandingkan
mereka dengan perkembangan tumor pada tikus normal yang diberi makan
makanan terkontaminasi yang sama," kata para ilmuwan, seperti dikutip
dari dailymail.
Hasilnya menunjukan bahwa para ilmuwan menemukan tumor usus
meningkat dari 31 hingga 80 persen pada tikus yang memakan daging yang
dipanggang, sama seperti manusia.
Selain itu, para ilmuwan juga
mencatat bahwa tikus bukanlah percobaan yang sempurna untuk
menggambarkan resiko kesehatan usus manusia melalui konsumsi makanan
yang terkontaminasi.(yud)
Makanan panggang meningkatkan resiko kanker
9 November 2011 12:39 WIB
Ilustrasi Daging Panggang (flicker.com/Another Pint Please)
Pewarta: Yudha Pratama Jaya
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2011
Tags: