Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto bertepatan dengan peringatan Hari Kartini 21 April 2022, mengajak seluruh perempuan Indonesia untuk menggelorakan semangat kepemimpinan perempuan pelopor dan perempuan pejuang.

"Mari gelorakan semangat kepemimpinan perempuan pelopor dan perempuan pejuang yang melekat pada jati diri kebudayaan Indonesia," kata Hasto dalam acara Peringatan Hari Ke-143 Kartini bertema "Peran Partai dalam Pencegahan dan Pendampingan Kekerasan Perempuan dan Anak", secara hybrid dari Sekolah Partai Lenteng Agung, Jakarta sebagaimana keterangan yang diterima, Kamis.

Menurutnya, semangat kepemimpinan perempuan pelopor dan perempuan pejuang dapat mendobrak berbagai hambatan dan memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan serta cinta kasih di Tanah Air.

Hal tersebut, ujar Hasto lagi, telah dibuktikan oleh RA Kartini. Sebagai sosok perempuan pelopor, dia mengatakan bahwa Kartini berhasil mewujudkan emansipasi wanita Indonesia.

"Kartini merupakan perempuan pelopor yang tidak pernah menyerah dari berbagai tantangan sehebat apa pun. Dia terus bergerak dengan keyakinan dan bergeloralah dari perempuan itu suatu nilai-nilai kemanusiaan serta cinta kasih tanpa batas," kata Hasto.

Bahkan, kata dia lagi, Presiden RI Pertama Ir Soekarno sengaja menetapkan Kartini sebagai pahlawan kemerdekaan, bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional pada 2 Mei 1964, karena ia memandang perempuan berperan strategis dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

"Peran perempuan begitu strategis dalam pendidikan, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan membangun imajinasi tentang masa depan anaknya yang ditimang sejak kecil, agar menjadi sosok yang hebat, mampu berbakti kepada bangsa dan negara, serta berbudi pekerti luhur," ujar dia lagi.

Selanjutnya, Hasto menyampaikan Soekarno dalam buku Sarinah: Kewadjiban Wanita Dalam Perdjoangan Republik Indonesia meminta para perempuan untuk membangun semangat juang dan tidak pernah menyerah.

Permintaan itu disampaikan Soekarno, karena dia memandang perempuan merupakan pembentuk budaya atau kultur.

Dia menambahkan, apabila ada kultur yang menempatkan perempuan hanya di belakang, hanya menjadi teman pelengkap atau "konco wingking", dan dijadikan objek, hal tersebut adalah tantangan bersama bagi bangsa Indonesia, termasuk PDIP, untuk kembali menggelorakan emansipasi.
Baca juga: Cerita inspiratif pegawai perempuan di KPK dalam pemberantasan korupsi
Baca juga: Kabareskrim harap kader PDIP aktif sosialisasikan UU TPKS