Cinangka (ANTARA News) - Letusan Gunung Anak Krakatau (GAK) di Selat Sunda sejak tanggal 30 September 2011 setelah dinyatakan berstatus III atau Siaga kerap mengeluarkan bongkahan batu besar.

"Saat minggu lalu ketika saya mengantar turis dari Jerman, saya melihat dari puncak Gunung Anak Krakatau menggeluarkan batu besar berdiameter satu meter," kata salah seorang warga Cinangka yang suka mengantar turis ke GAK dengan perahu boat, Wandi, Senin.

Bongkahan batu besar yang keluar dari perut GAK itu berbentuk bulat dan lonjong dengan warna hitam, sekali keluar jumlahnya mencapai puluhan.

"Waktu saya dan tiga orang turis Jerman yang datang ke lokasi kegempaan GAK, bongkahan batu yang keluar dari gunung tersebut satu persatu," katanya.

Melihat bongkahan batu perut GAK, Wandi berkeyakinan batu dengan ukuran besar dan berdiameter satu meter yang berada di pesisir Pantai Cinangka berasal dari gunung tersebut.

"Saya sangat yakin bongkahan batu yang ada di pesisir Pantai Cinangka berasal dari GAK yang terbawa arus, karena bentuk dan warnanya sama," katanya mendengarkan," katanya.

Pusat Vulkanalogi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) setelah menetapkan kegempaan GAK level III atau Siaga sejak tanggal 30 September 2011, melarang nelayan dan turis mendekat sampai radius dua kilometer.

"PVMBG mengeluarkan rekomendasi larangan siapapun mendekat ke lokasi kegempaan sampai dua kilometer, dan meminta nelayan maupun warga untuk tidak resah," kata Kepala Pos Pemantau GAK di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, Anton Tripambudi. (ANT)