COVID-19 sebabkan bergesernya komposisi pekerja di banyak sektor
20 April 2022 18:37 WIB
Tangkapan layar - Staf Ahli Menteri Bidang Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Kementerian PPN/Bappenas Vivi Yulaswati (pojok kanan atas) bersama narasumber lainnya dalam Webinar Diskusi Tripartit: Strategi Pemulihan Inklusif di Masa Pandemi COVID-19 yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu (20/4/2022). ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti.
Jakarta (ANTARA) - Staf Ahli Menteri Bidang Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Kementerian PPN/Bappenas Vivi Yulaswati mengatakan, hadirnya pandemi COVID-19 menyebabkan terjadinya pergeseran komposisi para tenaga kerja di banyak sektor pekerjaan.
“Secara umum Indonesia betul-betul terdampak ekonomi. Terkontraksi cukup dalam sampai ke minus 5, namun dengan berjalannya waktu, berbagai program serta upaya yang dilakukan, kita sudah kembali on track di kisaran 5,” kata Vivi dalam Webinar Diskusi Tripartit: Strategi Pemulihan Inklusif di Masa Pandemi COVID-19 yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Srikandi BUMN dorong komposisi direktur perempuan capai 30 persen
Vivi menuturkan, meskipun ekonomi negara mulai pulih secara bertahap. Namun tidak mudah untuk membangkitkannya kembali seperti semula karena masih ada beberapa provinsi yang perekonomiannya belum kembali normal.
Akibatnya, jumlah pengangguran meningkat tidak hanya pada kelompok berpendidikan rendah saja. Tetapi juga masyarakat yang telah menyelesaikan pendidikannya di jenjang universitas.
Baca juga: BP Tangguh ingin tingkatkan komposisi pekerja Papua 85 persen
Hal itu kemudian berdampak pada pergeseran komposisi tenaga kerja dari sektor tersier seperti jasa menjadi sektor primer seperti pertanian dan pertambangan yang diindikasikan dengan perubahan komposisi tenaga kerjanya.
“Itu mengalami pengurangan karena kita tahu dengan adanya PSBB dan juga keterbatasan lainnya, pembatasan di berbagai daerah, tentunya banyak yang tidak bekerja atau mengalami pengurangan jam bekerja,” ucap Vivi.
Baca juga: Kemnaker: Pelaku penempatan PMI non-prosedural harus diberi efek jera
Menurut Vivi terjadinya pergeseran ketenagakerjaan disebabkan karena sektor primer seperti pertanian, kehutanan, perikanan dan pertambangan bersifat relative less contact-intensive dan informal dibandingkan sektor jasa.
Sehingga dapat dengan mudah dimasuki para pekerja karena tetap bisa berjalan dan adaptif, dengan perubahan peraturan-peraturan yang ditetapkan pemerintah secara dinamis di masa pandemi COVID-19.
Baca juga: Kemnaker perbarui daftar negara penempatan pekerja migran Indonesia
Vivi juga menambahkan selain pergeseran sektor kerja, data milik Bappenas menunjukkan terjadi penurunan jam kerja dan pendapatan di tiap sektor pekerjaan tertentu. Seperti halnya yang terjadi pada sektor transportasi, penyedia akomodasi dan makan minum ataupun perdagangan besar dan eceran.
Oleh sebab itu, dirinya menyarankan agar pemerintah terus melakukan transformasi pada struktural ekonomi negara karena sektor primer relatif memiliki nilai tambah yang rendah juga rantai pasok yang pendek, sekaligus fokus terhadap peningkatan produktivitas dari para pekerja di Indonesia.
“Itulah mengapa strategi pemulihan selanjutnya perlu difokuskan pada peningkatan produktivitas tenaga kerja,” ujar dia.
Baca juga: Kadin gandeng Telkom buka peluang rekrutmen pekerja melalui Vokasakti
“Secara umum Indonesia betul-betul terdampak ekonomi. Terkontraksi cukup dalam sampai ke minus 5, namun dengan berjalannya waktu, berbagai program serta upaya yang dilakukan, kita sudah kembali on track di kisaran 5,” kata Vivi dalam Webinar Diskusi Tripartit: Strategi Pemulihan Inklusif di Masa Pandemi COVID-19 yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Srikandi BUMN dorong komposisi direktur perempuan capai 30 persen
Vivi menuturkan, meskipun ekonomi negara mulai pulih secara bertahap. Namun tidak mudah untuk membangkitkannya kembali seperti semula karena masih ada beberapa provinsi yang perekonomiannya belum kembali normal.
Akibatnya, jumlah pengangguran meningkat tidak hanya pada kelompok berpendidikan rendah saja. Tetapi juga masyarakat yang telah menyelesaikan pendidikannya di jenjang universitas.
Baca juga: BP Tangguh ingin tingkatkan komposisi pekerja Papua 85 persen
Hal itu kemudian berdampak pada pergeseran komposisi tenaga kerja dari sektor tersier seperti jasa menjadi sektor primer seperti pertanian dan pertambangan yang diindikasikan dengan perubahan komposisi tenaga kerjanya.
“Itu mengalami pengurangan karena kita tahu dengan adanya PSBB dan juga keterbatasan lainnya, pembatasan di berbagai daerah, tentunya banyak yang tidak bekerja atau mengalami pengurangan jam bekerja,” ucap Vivi.
Baca juga: Kemnaker: Pelaku penempatan PMI non-prosedural harus diberi efek jera
Menurut Vivi terjadinya pergeseran ketenagakerjaan disebabkan karena sektor primer seperti pertanian, kehutanan, perikanan dan pertambangan bersifat relative less contact-intensive dan informal dibandingkan sektor jasa.
Sehingga dapat dengan mudah dimasuki para pekerja karena tetap bisa berjalan dan adaptif, dengan perubahan peraturan-peraturan yang ditetapkan pemerintah secara dinamis di masa pandemi COVID-19.
Baca juga: Kemnaker perbarui daftar negara penempatan pekerja migran Indonesia
Vivi juga menambahkan selain pergeseran sektor kerja, data milik Bappenas menunjukkan terjadi penurunan jam kerja dan pendapatan di tiap sektor pekerjaan tertentu. Seperti halnya yang terjadi pada sektor transportasi, penyedia akomodasi dan makan minum ataupun perdagangan besar dan eceran.
Oleh sebab itu, dirinya menyarankan agar pemerintah terus melakukan transformasi pada struktural ekonomi negara karena sektor primer relatif memiliki nilai tambah yang rendah juga rantai pasok yang pendek, sekaligus fokus terhadap peningkatan produktivitas dari para pekerja di Indonesia.
“Itulah mengapa strategi pemulihan selanjutnya perlu difokuskan pada peningkatan produktivitas tenaga kerja,” ujar dia.
Baca juga: Kadin gandeng Telkom buka peluang rekrutmen pekerja melalui Vokasakti
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2022
Tags: