Pemberontak Klombia berikrar akan terus berjuang
6 November 2011 11:28 WIB
Jenazah pemimpin pemberontak dari Pasukan Bersenjata Revolusi Kolombia (FARC) Alfonso Suarez di provinsi Suarez, Cauca, Sabtu (5/11). Rakyat Kolombia menyambut gembira atas tewasnya pemimpin pemberontak FARC Alfonso Cano dan berharap kejadian yang menjadi pukulan berat bagi kelompok pemberontak terlama di Amerika Latin itu dapat menjadi akhir dari perang yang telah berlangsung selama hampir lima dekade. (FOTO ANTARA/REUTERS/Army Forces/Handout/ox/11.)
Bogota (ANTARA News) - Pemberontak sayap kiri Kolombia Sabtu malam berjanji untuk melanjutkan perjuangan bersenjata mereka, meskipun terjadi kematian atas pemimpin Marxis mereka, Alfonso Cano.
"Perdamaian di Kolombia tidak akan datang sebagai hasil dari demobilisasi pemberontak kekerasan, tetapi sebagai hasil dari pemberantasan penyebab terjadinya pemberontakan," kata Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC) dalam satu pernyataan.
Cano, yang telah memimpin kelompok itu sejak 2008, ditembak mati dalam baku tembak Jumat malam dalam operasi seharian di mana teman wanitanya juga meninggal, kata pemerintah lokal dan para pejabat.
Operasi yang menghabisi Cano adalah yang terbaru dalam serangkaian kemenangan militer baru-baru ini dalam upaya pemerintah memberantas pemberontakan sayap kiri terlama di Amerika Latin, setelah bertahun-tahun usaha gagal untuk menemukan solusi yang dirundingkan.
Berbicara setelah kematian Cano, Presiden Kolombia Juan Manuel Santos mendesak para pemberontak untuk menyerahkan senjata mereka dan memulai pembicaraan dengan pemerintah.
Pasukan Kolombia membunuh pemimpin pemberontak FARC, Alfonso Cano, dalam satu pertempuran, dan dianggap pukulan besar pada pemberontakan terlama di Amerika Latin, kata kementerian pertahanan, Jumat.
FARC, atau Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia, tercerai berani dipukul akibat operasi militer dukungan Amerika Serikat yang dimulai tahun 2002 dan pemberontak yang lemah itu kehilangan sejumlah komandan penting dalam empat tahun belakangan ini.
Kematian Cano, yang mengambil alih kepemimpinan pemberontak itu setelah pendiri mereka tewas tahun 2008, adalah satu kemenangan penting bagi Presiden Juan Manuel Santos, yang berkuasa tahun lalu dan berjanji akan tetap mempertahankan sikap garis keras dalam menghadapi pemberontak.
Kematian Cano terjadi setelah terbunuhnya tahun lalu komandan militer penting FARC Nono Jojoy akibat pemboman dan serangan pada kampnya.
Serangan terhadap Cano menegaskan bagaimana militer Kolombia sekarang dapat menyerang para pemimpin pemberontak jauh di dalam pegunungan dan hutan-hutan.
Kendatipun tidak mungkin membawa satu perubahan untuk mengakhiri perang lima dasa warsa itu, kematian Cano itu akan semakin menghancurkan kemampuan kelompok pemberotak untuk menghimpun kembali kekuatan mereka dan mengkoordinasikan serangan-serangan besar.
Pernah menjadi satu kekuatan besar yang menguasai daerah-daerah luas Kolombia, FARC berada dalam titik terlemahnya dalam puluhan tahun belakangan ini.
(H-AK)
"Perdamaian di Kolombia tidak akan datang sebagai hasil dari demobilisasi pemberontak kekerasan, tetapi sebagai hasil dari pemberantasan penyebab terjadinya pemberontakan," kata Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC) dalam satu pernyataan.
Cano, yang telah memimpin kelompok itu sejak 2008, ditembak mati dalam baku tembak Jumat malam dalam operasi seharian di mana teman wanitanya juga meninggal, kata pemerintah lokal dan para pejabat.
Operasi yang menghabisi Cano adalah yang terbaru dalam serangkaian kemenangan militer baru-baru ini dalam upaya pemerintah memberantas pemberontakan sayap kiri terlama di Amerika Latin, setelah bertahun-tahun usaha gagal untuk menemukan solusi yang dirundingkan.
Berbicara setelah kematian Cano, Presiden Kolombia Juan Manuel Santos mendesak para pemberontak untuk menyerahkan senjata mereka dan memulai pembicaraan dengan pemerintah.
Pasukan Kolombia membunuh pemimpin pemberontak FARC, Alfonso Cano, dalam satu pertempuran, dan dianggap pukulan besar pada pemberontakan terlama di Amerika Latin, kata kementerian pertahanan, Jumat.
FARC, atau Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia, tercerai berani dipukul akibat operasi militer dukungan Amerika Serikat yang dimulai tahun 2002 dan pemberontak yang lemah itu kehilangan sejumlah komandan penting dalam empat tahun belakangan ini.
Kematian Cano, yang mengambil alih kepemimpinan pemberontak itu setelah pendiri mereka tewas tahun 2008, adalah satu kemenangan penting bagi Presiden Juan Manuel Santos, yang berkuasa tahun lalu dan berjanji akan tetap mempertahankan sikap garis keras dalam menghadapi pemberontak.
Kematian Cano terjadi setelah terbunuhnya tahun lalu komandan militer penting FARC Nono Jojoy akibat pemboman dan serangan pada kampnya.
Serangan terhadap Cano menegaskan bagaimana militer Kolombia sekarang dapat menyerang para pemimpin pemberontak jauh di dalam pegunungan dan hutan-hutan.
Kendatipun tidak mungkin membawa satu perubahan untuk mengakhiri perang lima dasa warsa itu, kematian Cano itu akan semakin menghancurkan kemampuan kelompok pemberotak untuk menghimpun kembali kekuatan mereka dan mengkoordinasikan serangan-serangan besar.
Pernah menjadi satu kekuatan besar yang menguasai daerah-daerah luas Kolombia, FARC berada dalam titik terlemahnya dalam puluhan tahun belakangan ini.
(H-AK)
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2011
Tags: